Dua kali Google pernah ditawarkan ke Yahoo untuk dibeli, tapi dua kali juga Yahoo menolak. Ironinya, beberapa tahun kemudian Yahu justru takluk di kaki Google. Nah, kini sejarah seperti berulang ketika Google ditantang oleh perusahaan-perusahaan search engine baru yang mengandalkan kecanggihan teknologi AI. Apakah pada gilirannya Google akan bernasib sama seperti Yahoo?
Daftar isi
Bagian I | Perseteruan Dua Pasang Mahasiswa
Jerry Yang dan David Filo adalah
mahasiswa Stanford University yang pada tahun 1994 mereka merasakan susahnya
menavigasi informasi di internet. Kesulitan itu mendorong mereka merancang
sebuah direktori web sederhana yang bertujuan untuk memudahkan para pengguna
internet menemukan situs web yang dicari, directory web itu mereka namai Jerry
and Davits Guid to the World Wide Web, tapi kemudian setahun berikutnya
berganti nama jadi Yahoo, yang konon katanya adalah singkatan dari Yet Another Hierarchical
Officious Oracle. Layanan Yahoo kemudian lebih beragam dengan adanya email
berita dan mesin pencarian, sehingga Yahoo bukan lagi sekedar direktori situs
web.
Dari situlah Yahoo mulai metas.
Jalan menuju sukses penggunanya bertambah banyak dan itu membuat para
pendirinya percaya diri untuk menawarkan saham perdana atau IPO.
Awalnya saham Yahoo hanya
dihargai 13 US Dollar per lembarnya. Tapi pada hari pertama diperdagangkan,
nilainya langsung naik jadi 43 US dollar. Sehingga dalam waktu singkat, nilai
Yaho pun melonjak sampai 300 juta US dollar.
Dari hari ke hari. Yehu semakin
perkasa dan membuat mereka mampu membeli 4 Eleven sehingga Yaho punya layanan
Yahumil. Para investor besar seperti softbk mulai tertarik berinvestasi dan
kemudian ikut menanamkan investasinya, sehingga nilai perusahaan Yahoo naik
luar biasa menjadi 6,9 milya US dollar. Nah, di saat yang bersamaan, ada dua
mahasiswa stanford lainnya yang juga kesulitan menemukan informasi di tengah
lautan internet. Mereka adalah Larry Page dan Sergey Brin yang akhirnya
merancang juga sebuah model mesin pencarian dengan konsep yang berbeda. Page
dan Brin mengembangkan Page rak, yaitu sebuah algoritma yang memungkinkan mesin
pencari menilai relevansi sebuah halaman web berdasarkan kuantitas dan kualitas
tautan yang mengarah ke suatu halaman yang dicari. Ini membuat para pencari
bisa mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Sedangkan direktori milik Yahoo
dikelola secara manual oleh tim editorial yang mengandalkan kurasi manusia.
Teknik itu membuat Yahoo bisa kesulitan mengimbangi pertumbuhan pesat internet.
Disitulah kelebihan page rank yang membuatnya menjadi sebuah model mesin
pencari yang inovatif dan lebih efektif. Algoritma page rank berhasil mengubah
cara orang menemukan informasi di internet. Nggak heran jika pach rak yang
kemudian berganti nama menjadi Google semakin menarik perhatian publik.
Sayangnya ketika Google sudah
menemukan bentuknya. Page dan Brain harus fokus menyelesaikan program phd mereka.
Akhirnya mereka menawarkan Google ke Yahoo hanya 1 juta US dollar saja
harganya. Tapi Yahoo yang sudah perkasa menolak penawaran itu. Alasannya karena
diantara mereka ada perbedaan strategi yang mendasar.
Bagian II | Blunder Keputusan Bisnis Yahoo
Yahoo menganggap model bisnis
mereka lebih aman. Kalau sampai teknologi Google yang terpisah diadopsi, maka
para pengguna Yahoo akan keluar dari platform Yahoo. Jadi, para pimpinan Yahoo
lebih percaya dengan strategi mereka untuk membuat para pengguna bertahan di
dalam ekosistemnya.
Pada tahun 2002 untuk kedua
kalinya Google ditawarkan ke Yaho, kali ini dengan harga 3 miliar US dollar
dengan jumlah pengguna yang sudah berkali-kali lipat. Tapi untuk kedua kalinya.
Yahoo menolak tawaran itu. Mereka yakin bahwa mereka bisa mengembangkan mesin
pencari yang lebih baik daripada google.
Ternyata itu jadi blunder
keputusan bisnis karena kemudian terbukti bahwa Yahoo yang saat itu dipimpin
tim Koogle tidak cukup kompetitif untuk bersaing dengan Google. Akhirnya
terpaksa Yahoo mengajak Google bermitra di plafon mereka supaya kualitas Yahoo
dapat terjaga.
Tapi pimpinan Yahoo kemudian
tersadar bahwa kemitraan itu ibarat mereka memelihara anak macan semakin besar
macan itu semakin mengancam. Kemitraan dengan Yaho membuat eksposur Google jadi
semakin besar dan tumbuh semakin pesat. Google akan semakin dominan di dunia Searchengine.
Sementara itu Yahoo justru
terpojok pada sebuah dilema. Mereka harus memilih apakah akan fokus pada bisnis
inti search engine atau memperluas layanannya. Di bawah kepemimpinan tim Google
dan Terri SE, akhirnya Yahoo mengembangkan diri menjadi portal yang menyediakan
berbagai layanan seperti email, berita, dan hiburan. Mereka yakin diversifikasi
ini akan membuat Yahoo lebih menarik, walaupun di sisi lain Yahoo jadi
mengabaikan pengembangan teknologi pencarian. Sedangkan Google tetap teguh di
jalannya sambil terus menyempurnakan algoritme pencarian. Google kemudian
memperkenalkan Edwards sebagai layanan barunya. Inovasi ini membuat mereka
semakin relevan sebagai search engine sekaligus membuka peluang menggarap model
bisnis baru. Itulah yang membuat Google semakin jauh berlari dan berhasil
mengambil alih dominsi Yahoo di dunia internet.
Bagian III | Google VS Yahoo
Pada saat Google masih bermitra
dengan Yahoo, Page dan Brin sadar bahwa sebenarnya mereka tidak membutuhkan
kemitraan. Untuk menumbuhkan diri Google harus mandiri dan tidak tergantung
pada Yahoo. Kesadaran itulah yang membuat Page dan Brin berani menawarkan saham
perdana atau IPO pada tahun 2004 dan berhasil mengumpulkan dana 1,67 Milliar us
dollar.
Page dan Brin bekerjasa dengan
CEO Eric Smith untuk memanfaatkan dana hasil IPO dalam rangka memperluas
layanan dengan Gmail, Google Maps, dan Adwards. Itu adalah strategi jitu yang
kemudian terbukti bisa memperkuat posisi Google sebagai pemimpin pasar.
Perkembangan Google yang begitu pesat dilihat Yahoo sebagai ancaman besar.
Sebab Yahoo masih saja berkutat dengan strategi portal yang luas namun
terpecah. Padahal Google sudah menyema menjadi rasaksa teknologi yang fokus dan
inovatif, serta mampu merebut pasar yang sebelumnya dikuasai oleh Yahoo.
Itulah yang mendorong Terry Samol
sebagai CEO Yaho berusaha untuk melawan. Di tahun yang sama, yaitu tahun 2004
Yahoo mengakuisisi Overtues Sevices yang memiliki teknologi iklan berbasis
pencarian seharga 1,63 milliar US dollar. Overture dianggap bisa menjadi
senjata utama Yahoo untuk melawan Google, tapi hasilnya lacur. Keputusan itu
sudah sangat-sangat terlambat. Google sudah sulit dikejar karena mampu menarik
perhatian pengguna dan pengiklan dengan produk-produk inovatif, diantaranya
Edwards yang telah mengubah landscape perikanan digital. Google juga
memperkenalkan sistem lelang iklan yang lebih efektif, sehingga para pengguna
menjadikan Google pilihan utama dalam beriklan.
Sedangkan Yahoo gagal
memanfaatkan akuisisi overtuater untuk membuat mereka lebih kompetitif karena
mereka kesulitan mengintegrasikan teknologi overture ke dalam sistem mereka.
Setelah itu. Yahoo melakukan diversifikasi besar-besaran dengan cara mengubah
diri mereka menjadi perusahaan media digital. Mereka mengakuisisi beberapa
perusahaan seperti flickr dan Delicious pada tahun 2005 dan itu semua
diharapkan bisa menambah layanan Yahoo serta menarik lebih banyak pengguna.
Sayangnya, untuk kesekian kalinya Yahoo gagal mengintegrasikan program yang
mereka akuisisi ke dalam ekosistemnya. Akibatnya, Yahoo justru semakin tidak
fokus, terpecah-pecah dan kehilangan arah karena melakukan begitu banyak usaha.
Tanpa strategi yang solid, disitulah Yahoo sang vioner dunia internet mulai
kehilangan pijakannya.
Pada tahun 2007 Terry Semel
mundur dan Jerry Yang salah satu pendiri Yahoo kembali mengambil alih kendali
sebagai CEO. Setahun kemudian atau di tahun 2008 Yahuo ditawar 45 milliar US dollar
oleh Microsoft untuk diakuisisi. Tapi Yaho menolak karena yakin bahwa mereka
masih punya potensi yang besar untuk maju.
Bagian IV | Nasib Tragis Sang Perintis
Ketika performa Yahoo sebagai
pemimpin pasar semakin menurun. Google justru semakin memimpin. Mereka
konsisten berinovasi dalam teknologi pencarian, seperti memasukkan aplikasi
Google Maps dan Google Apps. Bahkan di tahun 2005 Google mengakuisisi Android
in yang selanjutnya berkembang menjadi sistem operasi mobile paling dominan di
dunia karena digunakan oleh miliarran perangkat. Di tahun berikutnya. Google
membeli youtube seharga 1,6 milliar US dollar. Semua langkah itu mendorong
Google tumbuh semakin pesat. Sehingga pada tahun 2015 perusahaan ini
direkstrukturisasi dan melahirkan alfabet E sebagai sebuah konglomerat
teknologi besar.
Sementara itu Yahoo yang sudah
semakin terpuruk sempat mendapatkan semangat baru ketika pada tahun dua ribu
dua belas Marisa Meyer, mantan Eksxluctive Google menjadi CEO Yahoo.
Mayer membawa semangat baru dan
memfokuskan upayanya pada konten digital serta aplikasi mobile. Namun untuk
kesekian kalinya Yahoo terlambat.
Meskipun telah melakukan
langkah-langkah progresif, pasa pasarnya tetap mencium upaya-upaya
restrukturisasi, juga tidak mampu menyelamatkannya dari kemerosotan yang
semakin dalam. Jadi kalau kita menengok ke tahun 2001 - 2017, kepemimpinan Diho
sudah berkali-kali diganti. Mulai dari Terry Samel yang mencoba menjadikan Yaho
sebagai perusahaan media, sampai Jerryeng yang tegas menolak tawaran akuisisi
dari Microsoft. Setelah itu ada Carol Barts yang berambisi merombak total Yaho,
tapi enggak berhasil. Sampai Scott Thompson yang hanya sebentar aja menduduki
jabatannya. Terakhir masuk Marissa Mayer dengan upayanya yang fokus pada
inovasi produk.
Tetapi tanpa rencana jangka
panjang dan visi yang berkelanjutan. Akhirnya Yahoo hanya disibukkan dengan
urusan memadamkan kebakaran dari satu krisis ke krisis yang lain tanpa henti.
Sampai kemudian kita bisa melihat titik terujung dari perjalanannya, yaitu
ketika Yahoo sibuk mencari pembeli, maka pada 2016 Yahoo akhirnya terjual ke
Ferzon dengan harga 4,48 milya, murah banget dibandingkan yang pernah
ditawarkan oleh Microsoft 45 milar
Dollar. Ini menandakan kejatuhan Yahoo sangat-sangat jauh dari titik puncak
kejayaannya sebagai pioneer di dunia internet.
Pada Juni 2017, seluruh proses
penjualan selesai. Itulah titik akhir perjalanan Yahoo yang tragis. Sebagai
entitas independent Yahoo menyerah kalah kepada google.
Bagian V | Akankah Sejarah Berulang
Konon sebuah peristiwa masa kini
adalah pengulangan dari peristiwa di masa lalu, sehingga sejarah seperti
berulang.
Saat ini giliran Google yang
menghadapi tantangan mirip seperti yang dulu dialami oleh Yahoo. Sebagai
raksasa teknologi yang sedang bertahta. Google kini harus berjuang menghadapi
serbuan pemain-pemain yang inovatif.
Dulu Yahoo mengandalkan
pendekatan direkturri ditantang oleh Google yang muncul dengan model pendekatan
algoritma. Akhirnya Yahoo Tergilas dan Google unggul. Nah, sekarang Google
berada di posisi yang sedang ditantang oleh perusahaan-perusaan search engine
baru. Diantaranya ada perplexity dengan model AI yang mampu memberikan
informasi real-time dan akurat. perplexity menawarkan alternatif yang lebih segar bagi
pengguna yang lelah dengan hasil pencarian yang didikte oleh SEO. Belum lagi
opendi yang dengan Search gpt-nya mencoba mengubah cara orang berinteraksi
dengan mesin pencari. Mereka tidak hanya menawarkan jawaban, tetapi juga
pengalaman interaktif ketika pengguna bisa berkomunikasi dengan AI secara
langsung dan mendalam.
Memang Google nggak tinggal diam.
Mereka sudah merespons dengan meluncurkan Gemini, yaitu sistem AI yang
terintegrasi ke seluruh ekosistem mereka.
Tapi apakah Jemian bisa menahan
laju perkembangan perplexity AI dan Open AI? Atau seperti yang pernah dialami
Yahoo dulu. Google akan menemukan dirinya tertinggal karena mungkin lamban
beradaptasi dengan dunia baru yang lebih interaktif dan dimanjakan oleh AI.
Kita tunggu aja.
Bagian VI | Tiga Pelajaran Penting
Ada 3 hal yang layak direnungkan
dari perjalanan Yahoo dan Google. Pertama, kita diingatkan kembali bahwa kunci
kesuksesan bisnis ada pada kemampuan memahami kebutuhan pengguna. Google bisa
sukses karena mereka fokus menyediakan teknologi pencarian yang cepat dan
relevan langsung menjawab kebutuhan utama para pengguna internet. Sebaliknya, Yahoo
mengabaikan kebutuhan pengguna dan sibuk menjadi portal serba ada. Kedua,
daripada merambah ke segala arah, mendingan fokus pada kekuatan utama. Yahoo
dengan berbagai akuisisi yang tidak terarah akhirnya nggak fokus di bisnis inti
dan itu melemahkan kekuatannya sendiri. Sedangkan Google tetap bertahan di
bisnis inti mesin pencari. Jadi, sebelum memperluas bisnis, lebih baik kita
fokus dulu terhadap hal-hal yang telah membuat perusahaan kita unggul.
Yang ketiga arah masa depan
perusahaan tergantung pada kepemimpinan yang konsisten dan visioner. Google
berkembang karena kepemimpinannya memiliki visi yang kuat dan keputusan
strategis yang jelas. Berbeda dengan Yahoo yang berubah-ubah arah seiring bongkar
pasang kepemimpinannya. Kepemimpinan yang mampu melihat jauh kedepan pada jalur
strategisnya adalah kunci untuk bertahan dan berkembang di dalam dunia bisnis
yang terus berubah.
Kita juga diingatkan bahwa apa
yang pernah berhasil di masa lalu belum tentu relevan di masa depan. Oleh
karena itu, pertajam kepekaan kita. Buka mata dan telinga untuk mengetahui dan
memahami perubahan pasar dan kebutuhan pelanggan yang terus berevolusi. Jika
perlu, ubahlah strategi bahkan visi untuk menghadapi tantangan yang terus
berubah. Mari kita beradaptasi dengan bijak, penuh kesadaran, dan senantiasa
memohon bimbingan Tuhan agar setiap langkah kita diberkahi, membawa kebaikan
dan memberikan manfaat bagi banyak orang.