Pada Sabtu, 24 Agustus 2024 di Bandara Leboze Paris. Pavel durov CEO Telegram, ditangkap. Ia dituduh tidak memoderasi konten yang mengandung unsur kejahatan, termasuk penipuan, peredaran narkoba, dan kejahatan terhadap anak-anak. Penangkapan ini sontak bikin geger jagat internet. Apakah pemimpin perusahaan teknologi memang bisa dituntut untuk bertanggung jawab atas semua konten yang muncul di platform mereka? Mari kita telusuri jejak Pavel Durov dalam menciptakan Telegram. Apa yang membuatnya spesial? Gimana kronologi kisah penangkapannya, hingga masa depan aplikasi Telegram.
Daftar isi
Bagian I | Cikal Bakal Telegram
Pada tahun 2006 seorang
mahasiswa jurusan filoologi di universitas vitesberg bersama teman-temannya
menciptakan sebuah platform media sosial yang disebut VKontakte. Formatnya mirip
seperti Facebook Singa. Penciptanya yaitu Pavel Durov kemudian dikenal sebagai Zukerberg
Rusia. Segera saja Kontakte menjadi media sosial favorit warga Rusia karena
Drof memperkaya Vkontakte dengan fitur-fitur yang lebih sesuai dengan pasar
Rusia, seperti kemampuan berbagai file dengan mudah termasuk musik dan video.
Fitur-fitur seperti itulah yang
membuat Vkontakte sangat berbeda dari Facebook yang pada waktu itu lebih ketat
dalam soal kebijakan hak cipta.
Dengan berbagai fitur yang lebih
lengkap, Vkontakte menjadi platform yang cepat menarik perhatian sehingga
jumlah penggunanya cepat bertambah. Termasuk diantaranya adalah para tokoh
posisi yang menentang Presiden Vladimir Putin.
Namun suara-suara berisik kaum
oposan di Vkontakte membuat pemerintah Rusia gerah, sehingga pada tahun dua
ribu sebelas mereka meminta Durav menghapus akun-akun dan unggahan para oposan
itu. Tapi tentu saja Durov menolak.
Durov yang lahir di San Petersberg itu memang dikenal keras. Kepala yang dia tolak bukan hanya
permintaan pemerintah Rusia, tapi juga tawaran dari seorang konglomerat yang
ingin membeli saham Vkontakte. Padahal, sang konglomerat adalah teman dekat
dari Putin. Sikap yang ditunjukkan Durov membuat pemerintah Rusia semakin tidak
senang dan memancing mereka untuk bertindak lebih keras pada tahun 2014 akhirnya
mereka meminta supaya Durof menyerahkan data pengguna Vkontakte yang
menyebarkan materi anti pemerintah dan antisekutu Rusia di Ukraina. Dan
lagi-lagi Durov menolak, meskipun segera dia memahami situasi yang tidak
menguntungkannya. Durov merasakan tekanan pemerintah Rusia yang dari hari ke
hari semakin besar dan itu membuat dia menyadari bahwa Rusia bukan tempat yang
cocok untuk mengembangkan bisnis internet Independen.
Akhirnya Durov memutuskan
hengkang ke Dubai. Namun setahun sebelumnya, yaitu di 2013, bersama kakaknya
yang bernama Nikolai, Durov sudah meluncurkan Telegram, sebuah aplikasi pesan
instan yang fokus pada kecepatan dan keamanan di tempat pengasingannya di
Dubai. Durov kemudian fokus mengembangkan Telegram. Dia mengurus masalah keuangan,
sedangkan Nikolai bertanggung jawab atas urusan teknis. Telegram dirancang
untuk mengutamakan aspek keamanan dan privasi. Aplikasi ini menawarkan enkripsi
end to end pada fitur obrolan rahasia sehingga sebuah pesan hanya bisa dibaca
oleh si pengirim dan si penerima. Pihak lain, termasuk Telegram sendiri tidak
bisa ikut membaca pesan tersebut. Selain itu Telegram menggunakan protokol enkrisi
khusus yang disebut MT Proto yang dirancang untuk memberikan kecepatan
sekaligus keamanan yang tinggi.
Telegram juga sangat tegas
menolak setiap permintaan pihak berwenang untuk bisa mendapatkan akses. Dengan
kelebihan-kelebihan itulah Telegram kemudian tubuh menjadi platform komunikasi
global dengan ratusan juta penggunanya, padahal awalnya Telegram hanya dikenal
sebagai aplikasi pesan alternatif.
Bagian II | Lompatan Drastis Telegram
Pada Oktober 2013 Telegram sudah
diakses oleh 100.000 pengguna aktif harian, dan hanya beberapa bulan kemudian,
tepatnya pada Maret 2014, jumlah pengguna aktif harian mereka tercatat sebanyak
15 juta dan pengguna bulanannya mencapai 35 juta. 3 tahun kemudian atau di 2017,
pengguna aktif Telegram di seluruh dunia sudah mencapai 100 juta dengan 15 miliar pesan dikirim setiap harinya. Yang membuat Telegram diminati
banyak orang antara lain adalah karena platform ini bisa diakses dari berbagai
perangkat, mulai dari Android sampai Linux. Telegram kemudian menemukan titik
lompatan tertingginya di tahun 2021. Ketika muncul tren, banyak pengguna yang
meninggalkan whatsapp.
Waktu itu pengguna baru Telegram
langsung melonjak drastis sampai 500 persen luar biasa ya, hanya dalam tempo 72
jam, sebanyak 25 juta orang telah mendaftar ke Telegram. Lonjakan itu membuat
Telegram semakin populer di kalangan para pengguna yang menginginkan privasi
bagi Pavel Durov lonjakan tersebut adalah bukti bahwa sebetulnya banyak orang
yang berharap bisa mendapatkan perlindungan privasi mereka di media sosial.
Mereka bahkan menolak jika privasi itu ditukar dengan layanan gratis seperti
yang ditawarkan media sosial lain yang mengorbankan keamanan data. Dari sebuah
aplikasi pesan sederhana sekarang Telegram sudah berkembang menjadi platform
global yang krusial untuk kebebasan berekspresi, terutama di negara-negara
dengan rezim otoriter
Di negara-negara yang
pemerintahnya mengontrol ketat media dan Internet seperti Rusia. Iran dan
Belarus. Telegram sudah menjadi media penting yang dimanfaatkan oleh para aktivis.
Kaum komposisi dan juga pers independent. Karena dengan memakai telegram,
mereka bisa menghindari sensor dari pemerintah.
Di Rusia misalnya, pada tahun dua
ribu delapan belas, pemerintah setempat mencoba memblokir Telegram karena
mereka menolak menyerahkan kunci enkripsi kepada dinas keamanan. Telegram lalu
dilarang, meskipun pada kenyataannya para penggunanya masih tetap aja bisa
mengakses sampai pemerintah Rusia akhirnya nyerah. Jadi saat ini Telegram
menjadi satu-satunya plaform media sosial yang tidak dikendalikan langsung oleh
pemerintah.
Sementara itu di Belarus, selama
berlangsung pemilihan presiden pada 2020. Telegram menjadi media utama untuk
mengorganisir protes besar-besaran. Saluran oposisi seperti Next Live yang
rajin menyampaikan informasi protes secara dealtime menyaksikan adanya lonjakan
jumlah pengguna yang mencapai jutaan dalam hitungan minggu. Begitupun di Irak,
meskipun diblokir. Telegram tetap menjadi sarana penting bagi para aktivis dan
jurnalis untuk menyebarkan informasi yang biasanya disensor oleh pemerintah.
Pemblokiran Telegram juga dilakukan pemerintah Indonesia pada tahun 2017 karena
Telegram dianggap menjadi sarana penyebaran konten-konten berbahaya, seperti
propaganda radikallisme. Pemblokiran dilakukan karena Telegram tidak memiliki
prosedur operasi standart atau SOP yang memadai untuk menangani konten-konten
yang dinilai bisa mengancam keamanan negara.
Bagian III | Kebebasan Mutlak Telegram
Spektrum pengguna telegram memang
sangat luas dan sangat beragam, mulai dari aktivis prodemokrasi di Iran dan
Hongkong sampai pada kelompok-kelompok yang terduga sebagai teroris. Bahkan
bukan hanya mereka, kelompok-kelompok kriminal terorganisir, pejabat negara dan
personal militer juga memanfaatkan Telegram sebagai sarana komunikasi. Dengan spektrum
yang begitu luas, maka Telegram sudah bertransformasi menjadi saluran utama
yang lebih besar untuk menyebarkan informasi ke audience.
Para penggunanya bisa membuat
kanal untuk menyampaikan berita, panduan, atau propaganda untuk ribuan hingga
jutaan orang dalam waktu yang singkat. Begitu beragamnya penggunanya sampai
Telegram dituduh memfasitasi gerakan-gerakan separatis dan ekstrimis. Misalnya.
The Haftington Hose yang melaporkan bahwa Telegram menjadi media alternatif
bagi gerakan NIS Negara Islam di Irak dan Suriah. Padahal. Facebook dan Twitter
sudah gencar menutup akun-akun yang berafiliasi pada NIIS. Para analis
mengungkapkan bahwa sejak tahun 2015, para ekstremis telah bermigrasi ke
platform yang menawarkan privasi dan kebebasan yang lebih tinggi.
Dalam sepuluh tahun terakhir,
kelompok-kelopok ekstrim juga semakin berkembang di Telegram, termasuk kelompok
yang menyebarkan konten antisemitisme yang paling ekstrim dan penuh kekerasan,
seperti yang diungkapkan oleh Hope Note heit di Inggris pada tahun 2021. Pada 2023,
berhasil juga sempat melarang sementara Telegram karena mereka sedang
menyelidiki kelompok neonarzi yang diduga menggunakan aplikasi ini untuk
merencanakan serangan di sekolah-sekolah.
Telegram juga dipakai para
tentara di medan tempur Rusia-ukraina untuk berbagi kabar terbaru dari medan
perang, sekaligus masing-masing pihak memanfaatkannya untuk melancarkan
propaganda, mengumpulkan dana, dan membantu evakuasi warga sipil. Dengan
tingkat privasi yang kuat dan sedikit sensor telegra menjadi tempat nyaman
untuk menyebarkan informasi perang tanpa filter, termasuk video pertempuran
yang mengerikan.
Telegram memang tidak memiliki
aturan jelas dalam soal sensor sehingga tidak bisa melarang penyebaran video
pelecehan seksual anak dipesan pribadi. Stanndford Internet Observatory bahkan
menyatakan bahwa Telegram gagal melakukan pengawasan konten dasar di saluran
publiknya sehingga memungkinkan penyebaran pornografi anak. Akibatnya, para penjual
video seksual anak merasa leluasa ini memang sangat memprihatinkan. Oleh karena
itu, wajar ketika Uni Eropa yang sangat ketat dalam kebijakan konten terus
berusaha mengendalikan Telegram. Mereka ingin Telegram mengikuti aturan ketat
yang ada. Seperti Undang-undang Layanan Digital tahun 2022 yang memaksa
Telegram lebih transparan dan proaktif dalam mengawasi konten berbahaya dan
ilegal.
Tentu saja Pavel Durov membantah
tuduhan-tuduhan miring terhadap pihaknya karena antara lain setelah serangan
Paris pada November 2015, dia sudah berusaha menutup tujuh puluh delapan kanal
Pro NIIS sertata ratusan kanal lain yang berafiliasi dengannya. Pavel Durov juga
membantah tuduhan bahwa Telegra menjadi sarana utama bagi Ekstrirems. Sebab,
menurutnya, banyak pengguna memanfaatkan telegram untuk tujuan yang sah dan
menolak memberikan akses kepada pihak berwenang untuk memantau percakapan
mereka.
Mungkin karena jengkel dengan
kilah Pavel Durov seperti itu, akhirnya pemerintahanci bertindak tegas. Unit
keja terhadap anak-anak Peranci of Mean menangkap Durov pada Sabtu, 24 Agustus 2024
di Bandara Leboze Paris.
Ia dituduh tidak memoderasi
konten di Telegram yang mengandung unsur kejahatan, termasuk penipuan,
peredaran narkoba, dan kejahat terhadap anak-anak. Telegram dianggap lalai
mengawasi konten berbahaya dan terorisme, sehingga pihak berwenang di Perancis
mengatakan sudah cukup. Telegram menganggap diri mereka kebal hukum. Yang tidak
kalah menarik sebenarnya operasi penangkapannya. Sebab, meskipun jadwal
penerbangan Pavel Durov dirahasiakan, aparat berhasil membongkarnya. Berawal
dari pelacakan ber mereka terhadap unggahan media sosial Yulia fa Filova,
seorang influencer crypto yang selalu berada di sisi Durov. Fa Filova yang
gemar memamerkan gaya hidup mewahnya tanpa sadar telah membocorkan jejak
perjalanan Pavel Durov.
Unggahan terakhir Fafilova yang
memperlihatkan sebuah foto jet pribadi dan makan malam mewah di atas pesawat
ternyata menjadi petunjuk bagi aparat. Akhirnya, sewaktu pesawat pribadi mereka
mendarat, bukan sambutan kemewahan yang menanti, melainkan sergapan aparat. Pavel
Durov. Fa Filova dan sekretaris Durov langsung dibekuk oleh unit kejahatan
anak-anak of man.
Bagian IV | Nasib Masa Depan Telegram
Tentu saja Telegram memprotes
penangkapan pemimpinnya. Mereka mempertanyakan apa para pemimpin perusahaan
teknologi memang bisa dituntut untuk bertanggung jawawab atas semua konten yang
muncul di paform mereka, sambil mereka mengingatkan bahwa Telegram selalu
mematuhi hukum Uni Eropa, termasuk undang-undang Layanan Digital yang mengatur
moderasi konten. Sistem moderasi yang mereka terapkan sudah sesuai dengan
standart industri dan terus ditingkatkan untuk bisa lebih baik lagi. Apalagi Durov
sendiri tidak pernah mencoba menyembunyikan apapun.
Bukan hanya telegram yang
mempertanyakan penangkapan Pavel Durov. Beberapa pihak lain mempertanyakan
mengapa Durov menjadi target hukum, sedangkan CEO media sosial lainnya seperti
Elon Musk. Markzukerberg, dan juga So Zcu dari tiktok aman-aman aja. Padahal
PFO mereka juga menghadapi masalah moderasi konten berbahaya. Masih banyak
konten kotroversial yang lolos dari pengaasa mereka. Toh, sampai sekarang
mereka belum pernah dihadapkan pada tuntutan pidana terkait kegagalan moderasi
konten di platform mereka. Elon Musk langsung bereaksi dengan posting hastatag
Free Puvel D. X. Begitu juga dengan Edward Snowden USA Blow Amerika yang kini
tinggal di Rusia. Slowden menyebut penangkapan Pavel Durov sebagai serangan
terhadap hak dasar manusia untuk berbicara dan berkumpul.
Terlepas dari sa tidaknya
penangkapan itu, yang jadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana masa depan
Telegram menurut para pengamat, ketidakhadiran Durov dalam jangka panjang bisa
menimbulkan masalah serius bagi Telegram, terutama dalam hal pengambilan
keputusan penting dan manajemen operasional.
Pendapat lain mengatakan,
meskipun penangkapan tersebut dapat menimbulkan masalah, tetapi infrastruktur
dan momentunm Telegram sudah ada. Nah, itu memungkinkan platform ini akan tetap
berjalan untuk sementara waktu. Memang, dalam jangka panjang nasib Telegram
akan bergantung pada hasil proses hukum Pavel Durov atau pada penerus yang
mampu mengelola perusahaan dengan visi yang sama. Beberapa analis khawatir
penanganan ini akan membuat Telegram susah mendapatkan dana sehingga mereka
ragu apakah perusahaan ini bisa bertahan secara finansial. Ada juga yang
mengkhawatirkan privasi di Telegram. Sebab, polisi Perancis sudah menginginkan
akses untuk menangkap percakapan pribadi yang ada di Telegram.
Tentu saja keinginan seperti itu
membuat banyak orang jadi bertanya-tanya apakah Telegram masih bisa melindungi
privasi penggunanya. Aparat hukum Perancis memperpanjang masa penahanan Pavel
Durov hingga 48 jam lagi setelah penahanan awalnya di 26 Agustus 2024.
Keputusan ini diambil oleh kantor Kejaksaan Paris sebagai bagian dari
penyelidikan atas tuduhan serius yang dihadapinya. Nah, selang beberapa hari. Pavel
Durov dibebaskan pada Rabu, 28 Agustus 2024. Meski begitu, ia belum boleh
meninggalkan negara tersebut. Hakim Dian Prancis mengajukan dakwan awal dan
memerintahkan Pavel Durov membayar jaminan 5 juta euro atau sekitar 86 milar
rupiah. Pavel Durov juga harus melapor ke polisi dua kali seminggu.
Bagian V | Renungan Dan Pelajaran
Dari kisah perjalanan Pavel Durov
mendirikan Telegram, kita bisa memetik hikmah penting bahwasanya inovasi tanpa
batas bisa mendatangkan risiko besar. Kita tahu Telegram diciptakan untuk
memberikan kebebasan berekspresi. Sayangnya, kebebasan itu tidak diiringi yang
moderasi sehingga Telegram menjadi ruang yang rawan untuk disalahgunakan. Di
sini kita diingatkan kembali bahwa inovasi harus dibingkai dengan batasan yang
jelas agar tetap bermanfaat dan amat baik bagi pengguna maupun penciptanya.
Kebebasan yang ditawarkan Telegram seperti pedang bermata dua. Di satu sisi,
mereka mendukung privasi dan kebebasan berekspresi. Tapi di sisi lain, tanpa
pengawasan. Telegram telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berniat buruk.
Ini menguatkan pandangan bahwa kebebasan sejati harus diimbangi tanggung jawab
untuk melindungi pengguna dan masyarakat dari potensi bahaya.
Jadi marilah kita renungkan
bersama bahwa kebebasan dalam berinovasi memang penting. Namun, tanpa panduan
dan batasan yang jelas, hasilnya bisa jadi tidak terarah sehingga tetap perlu
dijaga keimbangannya. Mari ciptakan inovasi yang tetap menjaga ruang,
kreativitas, namun juga bertanggung jawab. Ayo bertindak dengan bijak sebuah
batasan aturan bukan untuk menghambat, melainkan untuk memastikan bahwa inovasi
kita benar-benar membawa manfaat bagi semua pihak.