Akhir-akhir ini judi online sepertinya menjadi masalah yang sangat memperhatikan di Indonesia. Bahkan menurut Detik Finance pada September 2023 transaksi judi online di Indonesia baru di angka 200 triliun rupiah dengan kerugian sekitar 27 triliun per tahun. Hal yang lebih memprihatinkan sekaligus ironis dari fenomena ini, kegiatan yang melanggar hukum ini justru lebih menjamur di kalangan menengah ke bawah.
Daftar isi
Dari dua koma tujuh enam juta
pemain judi online, sekitar dua koma sembilan juta diantaranya merupakan
kalangan menengah kebawah. Data tersebut menunjukkan bahwa tujuh puluh sembilan
koma tiga persen dari pemain merupakan kelas menengah ke bawahwa. Nah, meskipun
judi online merupakan masalah yang menjadi besar di Indonesia pada saat ini,
namun di negara lain seperti Amerika Serikat, judi online atau perjudian
sendiri merupakan masalah yang telah mereka hadapi sejak lama.
Bahkan jika kita pelajari dalam
sejarah, perjudian secara umum sudah menjadi masalah sosial sejak zaman kuno.
Banyak kaum dari berbagai pandangan agama juga mengecam perjudian sebagai
tindakan yang merugikan serta tentunya diharamkan alias dosa ya guys.
Kapan Judi itu ada?
Tapi uniknya sejarah pernah
mencatat bahwa Indonesia sendiri pernah memiliki kasino di Jakarta dan tidak
bisa dipungkiri fakta jika hal tersebut dilakukan dengan pengawasan yang ketat
serta dikelola dengan bijaksana. Bisnis haram ini bisa menjadi pemasukan yang
segar bagi negara. Jadi perlu diingat bahwa saya hanya mengambil perspektif
mengenai perjudian ini dari sudut pandang sejarah, bukan agama apalagi moral.
Jadi semoga bisa dipahami dan bisa menambah wawasan kalian mengenai
permasalahan yang satu ini.
Catatan paling awal mengenai
perjudian berasal dari dataran Cina yang diperkirakan dimulai dari tahun 2300
SM. Namun, ilmuwan menemukan bahwa permainan dadu sendiri sudah digunakan dalam
peradaban mesuopotamia kuno pada tahun 3000 SM, meskipun para sejarawan belum
bisa memastikan tujuan digunakannya dadu tersebut. Nah, pada era peradaban Cina
kuno, perjudian dilegalkan oleh negara dengan tujuan untuk mendapatkan untung
bagi negara. Bahkan ada yang mengatakan uang hasil judi tersebut digunakan
sebagai dana dalam membangun Tembok Besar China.
Sedangkan di dunia Barat
perjudian dimulai pada tahun lima ratus sebelum Masehi. Pada masa inilah
sejarawan telah yakin bahwa ada permainan dadu di berbagai peradaban seperti
Romawi. Yunani, dan Mesir dengan hadiah mendapatkan uang. Namun pemerintah Roma
sangat tidak menyukai dan bahkan melarang ide ini. Maka dari itu banyak dari
mereka yang membuat alternatif lain layaknya chip seperti yang digunakan di
kasino agar tidak ketahuan otoritas setempat. Kemudian pada tahun 1400 SM mulai
muncul permainan kartu di Eropa yang dikenal dengan nama bakarat. Perjudian
seperti bakarat diketahui berpusat di Italia, dan di Italia jugalah dibuka
kasino pertama di dunia, yaitu di Venesia pada abad ke-tujuh belas Masehi yang
bernama kasino di venesia.
Seperti yang sudah disinggung di
awal, meskipun perjudian adalah salah satu bentuk rekreasi bagi manusia sejak
peradaban kuno, tentunya juga banyak pihak yang menentangnya. Raja Luui
sembilan, seorang raja Peranci yang memerintah dari 1226-1227, merupakan
seorang pemeluk Katolik yang taat sebagai penguasa. Salah satu kebijakan yang
terkenal adalah melarang perjudian. Selain itu, ada raja lain yang melarang
perjudian, seperti Charle sembilan dan Henrry III. Mereka semua tahu bahwa
meskipun menyenangkan, perjudian bisa berbahaya bagi masyarakat karena bisa
membuat mereka jadi jatuh miskin. Bahkan dalam Perang Salib, perjudian di
antara tentara merupakan hal yang cukup umum. Namun, hanya pada Kesatria Tinggi
saja yang diperbolehkan berjudi serta diberi batasan berapa banyak uang yang
bisa mereka gunakan sebelum akhirnya harus berhenti.
Uniknya saat belajar di salah
satu perguruan tinggi di Amerika Serikat, salah satu guru literatur Inggris
mengatakan bahwa suku Indian juga memiliki kebudayaan berjudi. Bahkan di
Sehattol terdapat fakta menarik bahwa kebanyakan kasino yang ada disana
dimiliki oleh suku Indian. Dan sudah banyak koran maupun literatur yang
menceritakan akan hal tersebut. Memanfaatan peraturan sebagai negara serikat
dan adanya hak kedaulatan bagi para penduduk asli Amerika, banyak orang-orang
Indian yang memilih untuk berjudi atau mendirikan kasino sebagai pusat
pemasukan mereka sejak tahun 1970an. Bahkan ada orang Indian yang rela menempuh
perjalanan jauh dari tempat mereka menuju kasino hanya untuk berjudi. Itu
merupakan sebuah evort yang besar dengan harapan yang hasilnya juga besar.
Namun tentunya hal tersebut
membuat masalah di kalangan orang Indian. Banyak dari mereka yang menjadi
miskin serta menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang seperti melakukan
aksi kriminal. Dua contoh yang mimin ambil yakni di Eropa maupun di Amerika
dalam waktu yang berbeda sangat jelas menunjukkan bahwa kapanpun, dimanapun dan
siapapun yang melakukan aktivitas judi, cepat atau lambat akan menimbulkan
masalah. Maka dari itu regulasi mengenai Judi sangat diperlukan untuk
mengontrol perjudian agar tidak menjadi penyakit di masyarakat.
Di Indonesia sendiri perjudian
sempat dilegalkan dan dikontrol. Faktanya hal ini mendatangkan keuntungan bagi
pendapatan kota Jakarta dimana dibawah Gubernur alis Sadikin. Perjudian sempat
dilegalkan namun dengan aturan yang ketat. Hal ini terjadi akibat dari
sedikitnya dana yang diberikan pemerintah pusat kepada Pak Ali. Dirinya pun
memutar otak dan mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 805 Tahun 1967
tentang aturan Kelegalan Judi.
Perjudian ini menargetkan
orang-orang Tionghoa dari kelas sosial atas karena Pak Ali percaya bahwa selain
gemar bertaruh, mereka hanya menggunakan uang dinginnya untuk bermain, sehingga
mereka bermain untuk Play for Fund bukan Play to Get Ridch. Dimana seperti
kebanyakan pemain judi online zaman sekarang yang tentunya menimbulkan masalah
sosial baru.
Kebijakan ini pun dianggap
sebagai kesuksesan besar dimana APBD yang awalnya hanya senilai 66 juta di
tahun 1967 melesat pusat hingga 122 miliar dalam waktu 10 tahun. Taman Ismai
Marzuki sendiri merupakan bentuk peninggalan sejarah dari Pak Ali, dimana biaya
pembangunannya prioritas berasal dari hasil kejakan kelegalan judi ini. Nah,
setelah mengetahui bagaimana perjudian bisa berdampak di berbagai tempat, kali
ini kita bakal membahas bagaimana judi online atau yang disingkat judol dapat
merajalela dan menimbulkan masalah di Amerika Serikat hingga di Indonesia.
Jadi ceritanya dikade ke-sembilan
puluh an Internet mulai merajalela terutama di Amerika Serikat. Serikat
sebenarnya melegalkan perjudian dengan aturan yang sangat ketat. Namun dengan
adanya internet kini menjadi lebih banyak celah yang bisa dimanfaatkan oleh
para bandar Judi.
Negara Antigua dan Barbuda memuat
kebijakan free trade zone pada tahun 1994. Hal ini membuat para bandar judi
Amerika dapat membuat IP Addres di Antigua Barbuda yang tidak jatuh dalam
yudidiksi Amerika Serikat. Maka dari itu, mereka mulai membuat website judi
berbasis di Antigua dan Barbuda. Wah ini kalau diperhatiin ya mirip banget nih
sama situs judol yang ada di Indonesia. Websitenya banyak yang lokal tapi
pusatnya berada di negara lain. Jadi ya wajar aja lah kalau mereka sering
kloning web terus di disini nih masalahnya.
Awalnya mereka terus mencoba
sekaligus melihat Trial and Error pada tahun 1995 dengan beberapa game judi
tanpa uang nyata. Namun ketika mereka sudah melihat celah serta memperbaiki
sistem, pada tahun 1996, dengan resmi mereka mengeluarkan website judi pertama
dengan ruang asli yang dinamakan Interkasino Interkasino tentunya berbasis di
Antigua, dan perlahan namun pasti player Online pun mulai membangkiri
situs-situs judul tersebut. Selain itu, situs judi online pun makin
dikembangkan sehingga mirip kasino pada umumnya.
Ada gamelack, jack, puzzle,
rolet, bahkan mini golf. Tentu tujuannya untuk memenangkan banyak uang.
Para player yang kalap mata pun
melihat hal ini sebagai kesempatan baru karena kenyamanan dan efisiensinya
dalam melakukan kegiatan judi. Mereka tidak perlu lagi pergi ke kasino beli
bensin dandan rapi d lain-lain mereka tinggal login aja langsung deh top up
saldo.
Namun tentunya banyak masalah
serta kontroversi yang muncul setelah hal ini membludak. Tidak seperti kasino
pada umumnya, dimana transaksi serta permainan judi bisa langsung disaksikan
oleh pemain dalam judi online semuanya dilakukan oleh sistem.
Menurut perusahaan riset yang
berbasis di Kanada. Keepsostrade, menunjukkan bahwa sekitar lima puluh persen
dari player judi online mempertanyakan apakah sistem permainan itu benar-benar
fair atau sudah diatur untuk selalu menguntungkan bandar. Selain itu juga
banyak website judul yang liar tanpa mengantongi izin resmi sehingga mereka
membuat kekhawatiran mengenai keamanan saat bermain.
Studi lain dari American Gaming
Association juga menyatakan bahwa kecurangan muncul dari sisi pemain yang
menggunakan bot serta meng hack sistem demi memperbesar kemungkinan kemenangan.
Jadi, peluang untuk curang dari berbagai sisi juga sangat besar.
Peluang ini tentunya membuat
banyak oknum menggunakan situs judul sebagai metode untuk mencuci uang karena
dalam sejarah Casino merupakan salah satu bisnis yang paling mudah dan cepat
dalam masalah pencucian uang.
Asal Mula Judi Online Di Indonesia
Nah, jika kita berbicara mengenai
judul di Indonesia, tidak ada sumber eksplisit yang menyatakan bahwa kapan judi
online pertama kali masuk? Hal ini terjadi kemungkinan karena banyak dari
mereka yang masuk secara ilegal serta banyak jumlahnya. Namun, judul mulai
mendapatkan kepopuleran di Indonesia hingga menjadi masalah ketika Indonesia
dilanda wabah covid-sembilan belas sejak tahun 2020 lalu.
Meskipun baru ramai sekarang,
sebenarnya ada beberapa surat kabar seperti DW asal Jerman yang sudah
meramalkan bahwa pandemi covid-19 akan berdampak besar bagi industri judi
online. Di Belgia misalnya, karena orang-orang bosan di rumah, mereka mulai
melakukan judi online sebagai penghilangan bosan. Hingga pemerintah Belgia yang
menyadari hal ini membatasi deposit mereka hingga 500 euro setiap minggunya.