XIOMI Di Dunia Otomotif

Terobosan besar dilakukan Xiaomi dengan meluncurkan mobil listrik produksinya sendiri dengan tiga seri SU7  buatannya. Xiaomi mencoba menggoyang eksistensi Tesl,  BYD, Porche, dan juga Hyundai, bahkan berambisi masuk ke dalam daftar lima besar produsen IV global. Langkah Xiaomi itu mengejutkan sekaligus aneh karena dilakukan ketika pasar mobil listrik sedang lesu dan persaingan sedang ganas-ganasnya. Lalu, seperti apa strategi Xiaomi? Apa inovasi yang jadi andalannya? Dan apa yang bisa bikin Xiaomi berhasil dimana Apple gagal? Banyak banget pelajaran yang bisa kita petik dari studi kasus yang menarik ini.


Kejutan XIOMI

Selama ini kita mengenal Xiaomi Corporation sebagai produsen ponsel serta perangkat iot. Tapi siapa sangka mereka kemudian merambah juga bisnis otomotif. Pada 2024 lalu di Beijing. Xiaomi meluncurkan mobil listrik Xiaomi Su tujuh dalam tiga varian.

Pertama varian standar yang dijual dengan harga dua ratus lima belas koma sembilan yuan atau sekitar 485 juta rupiah didukung baterai 73,6 kwh untuk mampu menempuh jarak 700 km Dalam sekali pengisian, mobil ini bisa mencapai kecepatan 100 Km/jam dalam 5,28 detik.

Kedua, varian Pro yang dibanderol dua ratus empat puluh lima koma sembilan yuan atau sekitar lima ratus lima puluh juta rupiah didukung baterai 94,3 kwh untuk mampu menempuh jarak delapan 830 km dengan akselerasi 100 km/jam dalam 5,7 detik.

Sedangkan varian ketiga yang merupakan varian premium dan ditargetkan untuk pasar atas adalah varian MAX yang dijual dengan harga 299,9 atau sekitar 672 juta rupiah. Varian ini dilengkapi baterai 101 kwh dan penggerak di semua rodanya sehingga mampu berakselerasi 100 Km/Jam dalam tempo 2,78 detik.

Ketiganya dilengkapi teknologi pengisian baterai yang sangat cepat. Varian Max, misalnya, bisa menambah jarak 510 Km dalam tempo hanya 15 menit.

Sambutan pasar atas peluncuran Xiaomi SU tujuh tergolong luar biasa. 24 jam sejak diluncurkan. Xiaomi langsung menerima 88,898 pesanan dan 6 hari setelah itu jumlah pesanan sudah mencapai 100rb unit.

Kelesuan EV dan Gagalnya Apple

Terjunnya Xiaomi ke bisnis EV bisa dibilang cukup berani karena pasar kendaraan listrik sedang lesu berdasarkan tren penjualan ritel EV dan kendaraan hybrid yang sedang menurun. Pasar EV global yang sebelumnya dipandang sebagai sektor menggiurkan dan mendapatkan subsidi besar-besaran, sekarang sudah berubah menjadi arena yang sangat kompetitif. Pasar EV global sudah menjadi medan pertarungan yang menuntut strategi dan inovasi yang lebih matang dari sebuah pemain agar bisa merebut kemenangan.

Persaingan antara produsen mobil memang sedang memanas seperti yang terjadi di Tiongkok. Di sana Tesla dan BYD sedang beradu strategi dan menebar pesona supaya bisa menarik minat konsumen, lalu menguasai Tiongkok sebagai pasar otomotif terbesar dunia. Bahkan, baru-baru ini, seperti diberitakan CNN Indonesia. Tesla terpaksa memangkas harga sejumlah modelnya di Jerman dan Tiongkok. Alasannya, penjualannya merosot dan perang harga semakin ketat, terutama di Tiongkok. Tesla memangkas harga model 3 dari 245.000 yuan menjadi 231.900 yuan.

Meskipun pasar kendaraan listrik sedang lesu, sepertinya Xiaomi memang tidak gentar. Xiaomi menyadari betul kondisi itu ketika pendiri sekaligus CEO Xiaomi. Lei Jun mengatakan “bahwa industri otomotif yang telah berusia seabad hanya menawarkan sedikit ruang untuk bermanuver saat ini”. Nah, walaupun begitu Xiaomi tetap berani mengambil risiko dengan strategi yang mungkin kelihatannya kontradiktif, karena sebetulnya mereka sudah menghitung langkahnya dengan cermat. Lay mengaku sudah melakukan survey dengan cara seperti yang dia tulis di media sosial X Desember lalu, yaitu mengemudikan 100 mobil untuk mempelajari keunggulan masing-masing dan mendapatkan pengalaman langsung.

Begitu juga langkah mereka pasti bukan langkah tanpa modal mereka menginvestasikan dana yang tidak sedikit. Seperti yang dikatakan Lei Jun, kami telah memutuskan untuk berinvestasi sepuluh kali lipat. Selain itu, kalau kita belajar dari kegagalan Apple dalam meluncurkan EV, ya tentu saja itu memberikan pelajaran tersendiri bagi Xiaomi bahwa sukses di pasar EV global tidak hanya membutuhkan inovasi teknologi, tapi juga pemahaman mendalam tentang dinamika pasar dan kebutuhan konsumen. Dari semua pengalaman dan pengetahuan itulah Xiaomi kemudian percaya diri untuk menghadirkan mobil yang kompetitif.

Lompatan Strategi Bisnis Xiaomi

Lei Jun menyebut langkah Xiaomi terjun ke dalam industri otomotif adalah sebuah lompatan besar bagi perusahaannya. Hanya 3 tahun setelah mengumkan rencana ekspansinya keluar sektor bisnis elektronik, konsumen Xiaomi berhasil meluncurkan kendaraan listrik. Lei Jun menilai langkahnya itu sebagai capaian yang menakjubkan.

Belakangan Xiaomi memang mengambil dua langkah strategis untuk menggeser posisinya yang dikenal sebagai produsen produk dengan harga-harga terjangkau.

Yang pertama membangun ekosistem produk yang beragam, yang kedua beralih fokus garapan ke segmen pasar premium. Termasuk di dalamnya adalah meluncurkan SU7.

Langkah strategis Xiaomi termasuk meluncurkan EV dinilai David Zhang Direktur Digital Outomotive International Coperationon Reset Center, “selaras dengan tujuan perusahaan mereka untuk menciptakan ekosistem yang saling terhubung. Ekosistem itu melibatkan manusia, kendaraan, dan rumah, sehingga fokus Xiaomi ada pada integrasi dan konektivitas.”

Memang dalam beberapa tahun terakhir Xiaomi tidak lagi hanya menekuni produksi televisi dan peralatan rumah tangga. Mereka juga menciptakan produk-produk yang dapat dikendalikan oleh smartphone. Sekarang, platform seluler Xiaomi sudah bisa terhubung dengan lebih dari 300 juta perangkat Internet of Things atau iot di seluruh dunia, termasuk diantaranya 2000 lebih jenis perangkat konsumen yang dihasilkan oleh 400 perusahaan yang bermitra dengan Xiaomi. Jadi. Xiaomi sudah menunjukkan dinamika mereka yang impresif dalam diversifikasi bisnisnya, 30% pendapatannya masih tetap bersumber pada bisnis ponselnya.

Keahlian Xiaomi dalam bidang smartphone dan memanfaatkannya sebagai aset penting dipuji analis di samping kekuatan finansialnya. Begitupun dengan integrasi yang sempurna antara ekosistem mobile Xiaomi dengan model SU7. Integrasi itu diharapkan bisa meningkatkan pengalaman pengguna, terutama terhadap inovasi dashboard pintar yang sangat diminati oleh konsumen di Tiongkok. Xiaomi memang berambisi menggarap teknologi lebih canggih daripada sekedar teknologi kendaraan biasa. Ambisi itu terlihat ketika mereka memperkenalkan ekosistem pintar bertajuk Manusia x Mobil X Rumah yang diperkenalkan pertama kali pada acara Mobile World Kongres 2024 di Barcelona.

Ekosistem pintar tersebut adalah sebuah inovasi yang mengintegrasikan lebih dari dua ratus produk dengan 600 juta perangkat global untuk memenuhi 95% kebutuhan pengguna. Inovasi ini ditujukan untuk menciptakan konektivitas antara manusia, mobil, dan rumah, sehingga semua aktivitas kita di mobil bisa terkoneksi ke aktivitas kita di rumah. Bayangkan teknologi itu bisa membantu kita mengontrol thermostat, memantau kamera pengawas, bahkan mengaktifkan tugas-tugas rumah tangga sambil nyetir mobil.

Dengan dukungan yang lebih canggih kayak gitu, maka kegiatan berkendara bisa menjadi pengalaman luar biasa dan mengasyikkan sekaligus menyenangkan. Xiaomi SU7 sudah dilengkapi perangkat rumah pintar dan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. Keunggulan itu membuat Xiaomi mampu menyesuaikan diri dengan konsumen yang berharap atau berimajinasi akan sebuah integrasi dari berbagai aspek kesibukan mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Jadi, dengan sedan SU7, dan ekosistem pintar. Xiaomi sudah mencapkan tongkat inovasi penting dalam evolusi menuju masa depan kehidupan manusia yang serba terkoneksi.

Dengan inovasi tersebut terbuka kemungkinan hadirnya perubahan dalam cara konsumen hidup, bekerja dan berinteraksi dengan lingkungan mereka. Dan perubahan itu sudah berada di ambang pintu kehidupan kita.

Bertaruh Pada Kekuatan Harga

Selama sepuluh tahun terakhir, orang melihat Xiaomi sebagai merk yang menghadirkan perangkat berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Sekarang, ketika pasar ponsel sudah menurun. Xiaomi menerapkan langkah serupa di sektor bisnis mobil listrik. Xiaomi langsung menerapkan strategi harga yang agresif dengan menawarkan produk yang harganya lebih rendah dari pesaing. Lei Jun mengakui, langkah awal untuk bisa menembus pasar adalah menjual produk dengan harga di bawah ekspektasi pasar. Selain untuk memikat pengguna baru, strategi harga itu ditujukan untuk membangun citra merek yang kuat.

Tetapi penerapan strategi harga harus bisa ditunjang kecepatan proses produksinya. Itu sebabnya, dalam memproduksi kendaraan. Xiaomi bermitra dengan perusahaan milik negara Beijing Otomotive Industry Holding COW atau BAIC.

Kerjasama itu dijalin supaya proses produksi tidak terhambat, apalagi tertunda oleh persetujuan regulasi. BAIC sudah mengantongi persetujuan regulasi yang sangat penting di dalam pasar Tiongkok yang itu diatur ketat dengan lisensi manufaktur yang juga diawasi ketat. Dengan kemitraan itu pula. Xiaomi bisa memanfaatkan keahlian manufaktur baik serta fasilitas produksinya. Cara ini membuat Xiaomi terhindar dari risiko dan investasi besar-besaran yang diperlukan untuk membangun fasilitas manufaktur baru. Juga membuat Xiaomi bisa memasuki pasar dengan lebih cepat dan tentu saja lebih efisien. Kedepan kolaborrasi tersebut direncanakan bisa menghasilkan kendaraan bermerek Xiaomi yang mungkin dicap bersama dengan sub brand B, yaitu baik Blue Park. New Energy Technology Co.

Alhasil masuknya Xiaomi ke pasar EV melalui kemitraan strategis dengan BAIC menunjukkan adanya penyesuaian yang cerdas antara inovasi teknologi dan keahlian manufaktur otomotif.

Dalam beberapa tahun terakhir Xiaomi memang sudah menyesuaikan strategi mereka dengan beralih ke segmen premium melalui produk seperti smartphone seri Mi dan Mi Mix, xiaomi tidak hanya menawarkan komponen dan fitur yang lebih canggih, tetapi juga design yang lebih elegan dan bahan yang berkualitas tinggi. Diadopsinya model bisnis ini mencerminkan adaptasi Xiaomi terhadap dinamika pasar dan terhadap perubahan prefensi konsumen yang semakin mengutamakan kualitas dan prestasi teknologi. Tetapi sewaktu meluncurkan kendaraan listrik pertamanya, tampaknya Xiaomi masih mengandalkan strategi lamanya, yaitu harga yang lebih terjangkau dibandingkan pesaing.

Xiaomi SU7 dirancang untuk bisa menyanyi merek-merek ternama seperti Tesla dan Poche di segmen premium, namun dengan harga yang sangat kompetitif. Di pasar Tiongkok. SU7 disebut-sebut akan menjadi mobil yang menarik, secara estetika, menyenangkan untuk dikemudikan, dan paling pintar di kelasnya. Apalagi Xiaomi juga memasang fitur-fitur atraktif seperti simulasi suara untuk menciptakan kesan SU7 seperti layaknya mobil sport.

Dengan garapan mobil listrik, kini Xiaomi berada di persimpangan jalan menuju perluasan bisnisnya. Maka ini merepresentasikan pergeseran strategi Xiaomi menuju integrasi teknologi yang lebih luas. Lee bahkan berambisi perusahaannya bisa menembus lima besar produsen mobil global dalam 15 hingga 20 tahun ke depan. Meskipun baru terjun tahun 2021.

Namun terwujud tidaknya ambisili sangat tergantung pada respon pasar beberapa tahun kedepan juga kemampuannya memitigasi risiko rugi akibat tingginya biaya pemasaran. Analis dari City menyebutkan bahwa pesanan awal Xiaomi SU7 dengan proyeksi pengiriman mencapai enamp puluh ribu unit pada tahun 2024 itu memang menggembirakan. Sedangkan menurut Joel Ying Analis Nomura, apabila benar Xiaomi berhasil mencatatkan lima puluh koma ribu pesanan mobil listriknya, maka hal itu bisa menjadi pendorong yang signifikan bagi dinamika pasar EV.

Sementara itu, Zhang Xiangg, seorang ahli dari Pusat Riset Kerjasa Outomotif Digital Internasional di Forum Ekonomi Digital Dunia menekankan bahwa peningkatan persaingan EV akan mendorong seluruh perilaku berupaya mengurangi biaya produksi dalam jangka panjang. Mereka akan terdorong untuk menyederhanakan rantai pasokan, mulai dari baterai hingga chip guna mencapai efisiensi skala dan mempercepat inovasi produk.

Renungan dan Pelajaran

Perjalanan evolusi Xiaomi menunjukkan bahwa adaptasi adalah kunci utama untuk bisa mengikuti laju perubahan industri yang tidak pernah berhenti. Xiaomi sudah melakukannya dan mereka terbukti mampu mengembangkan diri dari industri elektronik ke industri otomotif. Pengembangan ini bukan sekedar menggarap lahan bisnis yang berbeda, melainkan sebuah pembuktian tentang pentingnya berinovasi dan beradaptasi terhadap kebutuhan pasar yang berubah. Langkah Xiaomi memasuki dunia kendaraan listrik tidak dimaksudkan hanya sekedar untuk menambah varian produk, melainkan untuk memperluas cakupan bisnisnya. Langkah itu menjadi upaya perusahaan untuk tidak hanya mengikuti arus, tetapi upaya untuk bergerak mempengaruhi arah pasar dengan solusi yang inovatif.

Refleksi ini penting bukan hanya untuk Xiaomi, tetapi juga bagi seluruh pelaku industri yang mengamati. Dulu Xiaomi membanjiri pasar HP dengan produk berkualitas yang harganya terjangkau. Strategi itu membuat Xiaomi berhasil merebut konsumen yang sensitif harga dengan sangat cepat hingga kemudian mengalahkan kompetitornya. Namun sekarang apakah dengan strategi yang sama Xiaomi bisa meraih sukses di pasar EV?.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama