Tanpa Babibu di hari Jumat itu Tokopedia mengumumkan PHK 400 an karyawannya. Apakah ini sebuah keputusan mendadak? Atau emang sudah direncanakan sebelumnya? Selain itu, orang jadi bertanya-tanya, emang ada apa sih dengan Tokopedia? Nah, pertanyaan itu rasanya kita perlu cari jawabannya supaya kita paham duduk perkaranya. Maklum, sedikit banyak mata orang masih tertuju pada Tokopedia setelah tiktok mengakuisisinya.
Daftar isi
BAB I | Flashback Akuisisi Tokopedia
Anda pasti masih ingat? Pada
tahun 2023 lalu Kementerian Perdagangan RI telah mengeluarkan Peraturan Menteri
Perdagangan No. 30 tahun 2023. Peraturan itu melarang platform social commerce
menyelenggarakan transaksi jual-beli langsung di dalam aplikasinya. Mereka
hanya diijinkan untuk sekedar memfasilitasi promosi barang dan jasa.
Salah satu diantara yang terkena
peraturan tersebut adalah tiktok dan mereka langsung merespon ketentuan baru
itu dengan mengakuisisi Tokopedia. Sejak itulah tiktok Shock dan Tokopedia
beroperasi di bawah kendali PT Tokopedia. Namun, sebagai pemilik saham
mayoritas tiktok Shop lah yang kemudian mengendalikan sepenuhnya kegiatan
bisnis Tokopedia. Langkah akuisisi itu didukung penuh oleh ByteDance sebagai
perusahaan induk tiktok yang kemudian menggelontorkan investasi lebih dari 1,5
Miliar USDollar atau sekitar 23,38 triliun rupiah. Suntikan investasi sebanyak
itu tidak lain bertujuan untuk memperkuat posisi Tokopedia di pasar e-commerce
Indonesia yang memang sangat kompetitif.
BAB II | Kekhawatiran dan Sinisme
Bagi goto, keputusan menjual
saham mayoritas Tokopedia memang langsung berbuah. Diantaranya pada kuartal 4
tahun 2023, goto mencatatkan ebida positif sebesar 77 milyar rupiah. Capaian
ini jelas lebih baik dibandingkan capaian mereka pada periode yang sama pada
tahun sebelumnya karena waktu itu Tokopedia justru merugi 3,1 triliun rupiah.
Selanjutnya, antara Februari hingga Maret 2024, goto juga meraup pendapatan
sebesar 110 milyar rupiah dari tiktok Shop yang merupakan bagi hasil transaksi
sesuai perjanjian akuisisi.
Nggak bisa dipungkiri bahwa
pencapaian-pencapaian itu merupakan pengaruh positif kemitraan strategis mereka
dengan tiktok. Di luar itu, mereka berhasil menepis kekhawatiran yang sempat
muncul di awal akuisisi bahwa Tokopedia akan banyak menjual barang-barang
impor. Sebab, bertepatan dengan Harbolnas, mereka justru meluncurkan kampanye beli
lokal di aplikasi Tokopedia dan juga tiktok yang bertujuan mempromosikan
produk-produk dalam negeri.
Lepasnya Tokopedia ke tangan
perusahaan asing juga mengundang sinisma. Maklum Tokopedia adalah salah satu
ecommers karya anak bangsa yang diharapkan oleh sebagian orang bisa mengimbangi
ecommers asing di Indonesia. Tapi setelah tiktok mengakuisisi Tokopedia, banyak
kemudian yang jadi bertanya-tanya, apa jadinya dengan ecommers lokal karya anak
bangsa itu? Kenyataannya, ecommers lokal memang masih kalah jauh dibandingkan
beberapa e-commers milik perusahaan asing yang mendominasi pasar Indonesia.
Mantan Ketua Umum Asosiasi ecommers Indonesia Ignatius Untung Surapati
mengatakan “bahwa sebetulnya jumlah ecommers lokal lebih banyak, tapi porsi
pasarnya masih sangat kecil.”
Data momentum works tentang ecommers
di Indonesia tahun lalu memperkuat fakta itu bahwasanya Shopee yang dimiliki
perusahaan asal Singapura berada di puncak dengan penguasaan 36% dari total
transaksi bruto atau Gross marchendise Volume GMV. Sedangkan Tokopedia berada
di posisi kedua- dengan 35%, disusul Lazada dan Bukalapak masing-masingnya
mengambil 10%, serta tiktok 5%, dan Bli-bli 4%. Akuisisi ini belakangan juga
memunculkan kekhawatiran tentang kemungkinan adanya pengurangan jumlah karyawan
tokopediakhawatiran itu muncul setelah ByteDance mengaku kaget melihat jumlah
karyawan Tokopedia yang mencapai 5000 orang.
ByteDance sudah terbiasa
beroperasi dengan tim kecil sehingga mereka menilai Tokopedia perlu
dirampingkan supaya bisa lebih lincah dan responsif.
Tapi masa iya sih kaget ya?
Meskinya kan mereka udah tahu itu jauh hari sebelum memutuskan akuisisi. Iya
nggak sih.?
BAB III | Keputusan Mengejutkan
Apa yang dikhawatirkan tentang
pengurangan karyawan akhirnya terjadi pada pertengahan Juni lalu di Jumat pagi,
14 Juni 2024. Tepatnya, suasana di Tokopedia terasa berbeda karena manajemen
sedang menyiapkan rapat besar atau tahunn Hol meeting yang dihadiri oleh
sekitar 3000 nakama, begitu panggilan akrab karyawan Tokopedia. Pada jam 9,
mereka sudah berkumpul melalui aplikasi rapat digital dengan perasaan campur
aduk antara was-was dan antusias.
10 menit kemudian suasana kontan
berubah drastis setelah manajemen langsung mengumumkan pengurangan 450 karyawan
atau 9% dari total karyawan. Kabar itu datang begitu saja sehingga terasa
mengejutkan seraya memunculkan perasaan cemas di kalangan karyawan, siapa yang
nantinya akan ter-phk dan siapa yang akan bertahan.
Tetapi bagi perusahaan keputusan
pagi itu sudah sangat jelas bahwa dibawah kepemimpinan ByteDance struktur
Tokopedia harus ditata ulang dengan mengedepankan efisiensi dan adaptibilitas meskipun
banyak menyakitkan orang.
ByteDance ingin supaya Tokopedia
lebih ramping sehingga bisa mengurangi biaya operasional. Ini memang bagian
dari langkah-langkah ByteDance setelah resmi memiliki 75,07% saham Tokopedia
melalui kesepakatan senilai 1,5 Miliar USDollar. Sedangkan goto Group dengan 24,99%
saham yang tersisa berperan sebagai pendukung pasif dari entitas baru tersebut.
Disamping itu ada fakta objektif
tentang alasan PHK. Indah Anggoro Putri Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan
Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kementerian Ketenagakerjaan
menjelaskan bahwa “PHK tersebut adalah hasil konsolidasi kedua perusahaan pada
Desember tahun lalu. Di dalam proses itu terungkap tentang banyaknya fungsi dan
posisi yang tumpang tindih.” Indah juga mengklarifikasi bahwa PHK yang terjadi
bukan karena adanya penggantian karyawan dengan tenaga kerja asiing. Dia
menjelaskan, “proses merger seringkali menghasilkan duplikasi fungsi dan
jabatan yang memerlukan penyesuaian untuk mencapai efisiensi operasional.
Dengan begitu PHK normal dilakukan guna merampingkan struktur organisasi yang
gemuk. Pimpinan Tokopedia juga membenarkan adanya redudansi dan itu adalah
salah satu alasan dari PHK yang terjadi.”
Nuraini Razak, direktur Coporate
Avers Tokopedia dan Shock Tokopedia, mengatakan bahwa “penggabungan kedua
perusahaan memerlukan penyesuaian organisasi untuk memperkuat beberapa area
murah. Ini mengatakan. Kami telah mengidentifikasi beberapa area yang perlu
diperkuat dan menyelaraskan tim kami untuk mencapai tujuan perusahaan.”
Di pihak lain praktisi ekonomi
digital Ignatius Untung menegaskan bahwa meskipun industri e-commerce masih
berkembang, perusahaan harus tetap mencari cara beroperasi lebih efisien. Dia
mengatakan, “dalam situasi dimana profit jangka panjang menjadi prioritas,
pengurangan karyawan seringkali menjadi pilihan.” Dia juga mengingatkan bahwa “keputusan
PHK Tokopedia tidak mengindikasikan adanya rencana menggantikan semua pegawai
Tokopedia, melainkan sebuah tindakan yang mengarah pada upaya efisiensi dan
meningkatkan daya saing pasar.” Dengan begitu. PHK Tokopedia adalah sebuah
upaya perusahaan menyesuaikan diri di tengah perubahan besar. Tokopedia
berusaha tetap relevan dan kompetitif sambil menjaga keseimbangan antara
efisiensi dan pertumbuhan.
Pola merger yang disusul dengan
PHK sebenarnya bukanlah fenomena baru dalam dunia bisnis global. Sebab, menurut
Havadnes Roview, “ketika perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama
melakukan merger, maka akan ada surplus karyawan sekitar 30%. Surplus terjadi
karena kedua perusahaan biasanya memiliki fungsi yang tumpang tindih sehingga
perlu dikurangi untuk mengurangi beban gaji. Maka tidak heran kalau raksasa
teknologi China seperti Alibaba dan Thnceon juga merampingkan organisasinya
masing-masing.
Begitupun di sektor bisnis lain,
akusisi sudah menjadi strategi populer untuk menjaga pertumbuhan dan mendukung
ekspansi. Contohnya ketika whatsapp diakuisisi oleh Facebook. Redhead oleh IBM
dan vmware oleh broadcop. Dengan akuisisi potofolio dan keahlian teknis
perusahaan bisa meningkat serta mengakibatkan perlunya dilakukan konsolidasi
sumber daya manusia untuk memaksimalkan efisiensi operasional. Jika merger
memang menimbulkan konsekuensi seperti itu, maka muncul pertanyaan logis,
apakah di awal merger PHK sudah bisa direncanakan.?
Dalam hal ini ada beberapa kasus
menarik seperti yang dilakukan oleh Tatago. Bagi mereka, kesepakatan akuisisi
bisa mencakup klausul yang melarang PHK setelah akuisisi. Kalau investor nggak
setuju kalausul itu, ya mungkin mereka memilih untuk tidak melanjutkan
investasi.
BAB IV | Ditinggal Sang Founder
Yang berubah setelah Tokopedia
dijual bukan hanya model bisnisnya, tetapi juga pemimpinnya. Kita tahu sang
pendiri Tokopedia William Tanwijaya sudah meninggalkan posisinya sebagai
komisaris di goto Gojek Tokopedia. Begitupun dengan Melisa Siska Juminto,
mantan CEO Tokopedia yang juga mundur dari jabatannya sebagai komisaris.
Ada sebuah pertanyaan yang
mengiring mereka keluar, apakah keputusan itu inisiatif mereka sendiri,
dipaksa, atau bagian dari kesepakatan akuisisi? Pertanyaan seperti itu kerap
muncul ketika pendiri startup mengundurkan diri di puncak kesuksesannya. Di
Indonesia. IPO dan akuisisi sering menjadi pilihan para pendi startup untuk
bisa exit atau keluar sekaligus mendapatkan likuiditas finansial.
Mereka bisa menguangkan saham
miliknya dan memperoleh keuntungan besar dari usaha yang telah mereka bangun.
Kita melihat fenomena itu seperti di Bukalapak, Traveloka, dan juga Gojek
ketika para pendiri mundur setelah perusahaan mereka meraih pencapaian besar
dalam bentuk merger atau IPO. Adanya fenomena seperti itu di Amini oleh Joshua
Pardede. Chief economis Permata Bank. Dia mengatakan, “penyebab utamanya adalah
perubahan strategi bisnis dari mengejar pertumbuhan cepat ke arah keberlanjutan
dan keuntungan jangka panjang.”
Menurutnya pula hal ini
seringkali melibatkan pengurangan karyawan dan mundurnya para pendiri sebagai
bagian dari restrukturisasi internal. Di Silicon Valley fenomena itu juga ada.
The New York Times edisi Agustus dua ribu dua puluh dua melaporkan bahwa
beberapa bos teknologi besar seperti Bene, Silberman dari Pinterest, dan Jogeba
dari LBNB memutuskan mundur dari perusahaan mereka. Padahal,
perusahaan-perusahaan mereka adalah unicorn yang menjanjikan kekayaan dan
ketenaran. Walaupun sekarang mereka menghadapi tantangan yang semakin berat.
BAB V | Nasib Karya Anak Bangsa
Setelah perubahan kepemilikan
sekarang waktunya bagi ByteDance untuk mengevaluasi dan mengamankan investasi
besar yang mereka tanam di Tokopedia. Oleh karena itu PHK meskipun pahit,
menjadi bagian dari strategi menyeluruh untuk menyesuaikan kekuatan kerja
dengan kebutuhan operasional yang baru. Sayangnya PHK itu bukan hanya
mengorbankan sebuah ecommers karya anak bangsa, tetapi juga berdampak besar
terhadap Nakama sebagai anak bangsa itu sendiri.
Disitulah ironinya karena
sebelumnya Tokopedia dikenal aktif merekrut banyak pegawai terutama programmer
untuk memperkuat pengembangan internal. Sikap Tokopedia yang mengusung konsep
micro Service dengan 300 layanan skala kecil sebagai aplikasi utama
mencerminkan komitmen mereka terhadap inovasi dan pengembangan teknologi
domestik. Tokopedia juga dikenal memiliki Tokopedia Academy, sebuah konvensi
teknologi yang dirancang untuk para programmer Indonesia. William Tanuwijaya
menekankan bahwa Tokopedia Akademy adalah upaya berbagi pengetahuan dan belajar
bersama programmer lokal.
Wajar kalau kemudian muncul
pertanyaan apakah sekarang budaya berbagi ilmu yang dibangun William dan
rekannya Leonitus Alva Edison akan berubah? Merja dan akuisisi memang bukan
fenomena baru dan bisa berakhir positif jika ditangani dengan baik, seperti
yang terjadi di industri telekomunikasi dan perbankan Indonesia.
Tetapi pada kasus merger
Tokopedia terasa ada goresan luka karena merger tersebut bukan hanya mengubah
struktur organisasi melainkan juga berpotensi mengakhiri era kejayaan ecommers
lokal yang telah berhasil bertahan melawan gempuran ecommers asing.
Maka ketika PHK terjadi
setidaknya perusahaan perlu menangani transisi secara adil dan sesuai
undang-undang, perusahaan harus memberi kompensasi yang layak kepada karyawan
yang terdampak agar luka itu tidak lebih menganga, tidak terasa lebih sakit.
Renungan Dan Pelajaran
Usaha melakukan efisiensi
operasional perusahaan acapkali mengorbankan rasa sosial dan kesejahteraan
karyawan. Phk massal di Tokopedia menjadi contoh nyata tentang bagaimana
penerapan strategi bisnis yang fokus pada efisiensi dan adaptibilitas pada
akhirnya berdampak besar pada kehidupan banyak individu. Memang, dari sudut
pandang bisnis, merampingan struktur organisasi demi mencapai fleksibilitas di
pasar yang kompetitif adalah tindakan yang sangat masuk akal. Namun dibalik
kewajaran itu muncul konsekuensi besar ketika ratusan karyawan harus kehilangan
pekerjaan dan ini menciptakan ketidakpastian serta kekecewaan yang mendalam.
Selain itu kita melihat bahwa
strategi bisnis global seringkali bertentangan dengan kepentingan lokal serta
menimbulkan dilemah antara pertumbuhan ekonomi dan kedaulatan nasional.
Akuisisi di Tokopedia oleh tiktok Shop, meskipun secara bisnis sangat
strategis, ternyata menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan ecommers
lokal Indonesia. Meskipun Tokopedia mampu mempertahankan operasinya dan bahkan
memperluas pasar dengan dukungan ByteDance, tetap saja dominasi investor asing
dapat mengurangi Otonmi dan identitas lokal. Bagaimana nasib ecommers Indonesia
jika kendali utamanya berada di tangan pihak asing? Apakah nilai-nilai lokal
akan tetap terjaga atau akan tergantikan oleh budaya dan kepentingan luar? Itu
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari kecintaan kita terhadap negeri ini.
Dr. Indrawan Nugroho