Misteri Segitiga Bermuda

 


Segitiga Bermuda merupakan wilayah yang menarik bagi para pelaut, peneliti, dan orang-orang gila. Segitiga Bermuda merupakan wilayah seluas sekitar 500.000 mil persegi di Samudera Atlantik yang terletak di lepas pantai Florida. Deskripsi tentang batas-batasnya bervariasi, tetapi sebagian besar sumber menyebutkan bahwa 3 titik segitiga tersebut adalah Mimi. Puerto Rico, dan Pulau Bermuda.

Kisah tentang segitiga Bermuda sudah ada sejak 56 tahun yang lalu, tepatnya di tahun seribu sembilan ratus enam puluh empat. Nama ini pertama kali digunakan oleh penulis dari Amerika. Vincent Gads di majalah Argos, yang menggambarkan sebuah kawasan di Lautan Atlantik di lepas pantai Florida yang berbentuk segitiga.

Dalam artikel Vincent mengklaim sejumlah kapal dan pesawat hilang secara misterius di lokasi tersebut. Tahun berikutnya. Vincent pun kembali menyertakan tulisan tentang Segitiga Bermuda dalam bukunya berjudul Invisible Horizon True misteries of the Sea. Buku ini sangat sensasional yang mendorong banyak majalah dan surat kabar di seantero Amerika ikut-ikutan membaha soal Segitiga Bermuda. Namun, istilah Segitiga Bermuda baru populer ke seluruh dunia setelah ahli linguistik dan guru bahasa bernama Charles Berlits menulis bukunya yang laris pada tahun 1974 yang berjudul The Bermuda Triangle.

Kawasan Segitiga Bermuda dianggap sebagai daerah paling misterius dan berhantu di bumi karena sudah banyak kisah kapal laut maupun pesawat terbang yang hilang secara misterius. Laporan mengenai aktivitas aneh di kawasan ini sudah ada sejak zaman Christoper Colombus yang melaporkan aktivitas kompas yang tidak biasa saat melintasi Segitiga Bermuda. Sang penjelajah Christopher Colombus, disebut-sebut sebagai orang pertama yang menyadari anomali Segitiga Bermuda selama perjalanannya ke New Worl atau Dunia Baru pada 1492. Menurut salah satu kisah paling tua, pelaut asal Genoa Italia ini menyaksikan bola api membentur permukaan laut.

Beberapa pekan kemudian Colombus dilaporkan melihat cahaya aneh di kejauhan, saat melihat di kompas Colombus menyadari perangkat petunjuk arah itu bekerja secara aneh. Sesuatu yang terbaca di instrumen itu menurutnya tidak masuk akal. Tak ingin membuat para awaknya cemas, dia memilih diam hingga para klasik kemudian menyaksikan keanean itu dengan mata kepala sendiri. Christopher Colombus menulis dalam catatannya tentang Kompas Bearings yang aneh di daerah tersebut, ada tiga kejadian yang dianggap sebagai penanda ke anomalian saat melintasi Segitiga Bermuda. Pertama, anak buah kapalnya melihat sejenis bola api. Dua kompas mereka tiba-tiba bermasalah, dan ketiga ada cahaya aneh tampak melayang di atas permukaan air. Bola api tadi dijelaskan lebih lanjut dengan cabang api indah yang jatuh dari langit kelautan.

Meski sebagian orang menganggap peristiwa ini sebagai alien atau UFO, tetapi ilmu pengetahuan sekarang sudah bisa lebih tepat dalam menjelaskan bahwa bintang jatuh lebih sering dijumpai pada bulan September karena orbit dan kemiringan bumi, dan penampakan ini terjadi pada tanggal 15 September 1492. Pada tanggal 17 September, anak buah kapal Colombus pun menyadari bahwa kompas mereka tidak sejajar dengan Bintang Utara.

Pada saat itu fenomena memang mengejutkan namun sekali lagi dengan ilmu pengetahuan sekarang kita tahu bahwa peristiwa ini terjadi karena deklinasi magnetik. Sederhananya jarum pada kompas sejajar dengan utara magnetik, sedangkan bintang utara sejajar dengan utara yang sebenarnya. Namun yang paling penting, kedua peristiwa anomali ini bukan terjadi di Segitiga Bermuda tapi di tengah-tengah Samudera Atlantik Utar dan fakta inilah yang banyak orang abaikan dalam menerjemahkan peristiwa yang dialami oleh Colombus. Namun harus kita akui juga dalam hal melihat cahaya itu memang terjadi saat kapal Colombus berada di Segitiga Bermuda. Colombus dalam catatannya menjabarkan cahaya tersebut dengan sebuah cahaya lilin kecil yang muncul dan terbang naik.

Namun karena Colombus dasarnya adalah penjelajah dan ilmuwan, cahaya yang dilihatnya ini dilihatnya sebagai penanda kalau ia sudah dekat dengan daratan, dan Colombus juga tak pernah menjabarkan cahaya ini sebagai cahaya misterius. Sebab dalam beberapa jam setelah Chaha itu terlihat seorang anak buah kapal melihat benua Amerika untuk pertama kalinya, dan hal ini mendukung pendapat Colombus yang menyebutkan bahwa cahaya tadi berasal dari daratan terdekat. Tetapi memasuki abad ke-20. Segitiga Bermuda kemudian mendapatkan reputasi sebagai zona mati bagi pesawat dan kapal setelah serangkaian kasus penghilangan paksa yang tidak dapat dijelaskan.

Disorientasi Penghilangan Lokasi

Pada tanggal 5 Desember di tahun 1945, satu Skuadron yang terdiri dari 5 pesawat pengebom torpedo Tibem Avenger lepas landas dari Pangkalan Udara Angkatan Laut Amerika di Fort Low Dedder, Florida. Penerbangan ini adalah kegiatan dari latihan rutin bagi 14 pilot dan awak udara.

Pesawat-pesa tersebut yang secara kolektif dikenal sebagai flightnantine atau Penerbangan 19 dijadwalkan untuk melakukan latihan selama 3 jam yang dikenal sebagai masalah Navigasi nomor 1.

Rencana penerbangan segitiga mereka mengharuskan mereka untuk menuju ke timur dari pantai Florida dan melakukan pengeboman di suatu tempat bernama Hands and Chicken Sols. Setelah pengeboman itu dilakukan, mereka kemudian akan berbelok ke utara dan melanjutkan perjalanan melewati Pulau Grand Bahama sebelum mengubah arah untuk ketiga kalinya dan terbang ke barat daya untuk kembali ke pangkalan dimana mereka lepas landas. Pemimpin penerbangan itu adalah Letnan Charles Taylor, seorang pilot berpengalaman dan veteran dari beberapa misi tempur di Teater Pasifik Perang Dunia II. Tyler dan pilotnya terbang di atas Hands and Chicket Solt sekitar pukul 2 : 30 siang hari dan menjatuhkan bom latihan mereka tanpa insiden.

Namun tidak lama setelah pengeboman itu, sesuatu yang sangat aneh terjadi. Tellr pun kemudian melaporkan bahwa dirinya kebingungan karena kedua kompas Avengernya tidak berfungsi dan pesawatnya terbang ke arah yang salah.

Masalah semakin bertambah setelah sebuah front bertiup dan membawa hujan, hembusan angin kencang dan tutupan awan tebal. Penerbangan 19 menjadi sangat bingung. Saya tidak tahu dimana kita berada, kata salah satu pilet melalui radio. Kita pasti tersesat setelah belokan terakhir itu.

Letnan Robert Cock, instruktur penerbangan angkatan laut lainnya yang terbang di dekat pantai Florida, adalah orang pertama yang mendengar komunikasi radio patroli tersebut. Robert segera memberitahu pangkalan udara tentang situasi tersebut dan kemudian menghubungi Avengers untuk menanyakan apakah mereka membutuhkan bantuan. Teler pun menjawab dan memberitahukan bahwa kedua kompasnya hilang dan dirinya mencoba menemukan Fit Lauder de Florida. Suara Tylor pun terdengar cemas. Komunikasi antar lima pesawat dari Skuadron Penerbangan 19 juga tertangkap dan terdengar bahwa antar pelet dari lima pesawat itu terdengar seperti sedang bertikai soal arah dan posisi.

Beberapa stasiun komunikasi radio di sekitar pun mencoba mempertahankan kontak dengan Skuadrone Penerbangan sembilan belas untuk menentukan dimana tepatnya posisi mereka. Namun seiring waktu, sinyal antara menara ETSI dan Skuadron Penerbangan 19 melemah, yang membuat komunikasi untuk menemukan tepatnya lokasi Skuadr Penerbangan 19 menjadi tidak berhasil. Sekitar empat jam setelah lepas landas, awak kapal Angkatan Laut Amerika akhirnya berhasil melacak keberadaan Skuadwn Penerbangan 19 yang ternyata tengah berada di kurang lebih dua ratus kilometer ke utara dari tujuan penerbangan mereka.

Setelah mengetahui lokasi itu dan mengetahui ketidaktepatan lokasi dengan arah tujuan pesawat terbang bernomor ST 49 dikirim ke lokasi skuadrn penerbangan 19. Namun, setelah pesawat terbang bernomor ST 49 itu sampai ke lokasi Pesawatsa, dari skudor penerbangan 19 tiba-tiba menghilang. 1 jam kemudian, transmisi dari skuadr Penerbangan 19 pun kembali tertangkap. Namun, itu adalah transmisi terakhir dari skuadn Penerbangan 19. Karena setelah transmisi terakhir itu tertangkap, skuadown Penerbangan sembilan belas tidak pernah terlihat dan terdengar lagi dan akhirnya benar-benar menghilang.

Tiba-tiba menghilangnya lima pesawat itu memang menjadi hal yang misterius. Terlebih setelah Angkatan Laut Amerika meski telah melakukan investigasi, namun dalam laporannya menyimpulkan bahwa insiden hilangnya penermpangan 19 sebagai penyebab yang tidak diketahui. Dan untuk itulah sampai sekarang, saat kita membicarakan Segitiga Bermuda, pasti kasus hilangnya satutus Squadron penerbangan 19 ini menjadi magnet kuat sebagai satu kehilangan yang paling mengherankan di Segitiga Bermuda.

Beberapa orang memberikan berbagai penjelasan berlebihan bahwa ada kekuatan paranormal atau supranatural. Beberapa berargumen bahwa peristiwa hilangnya penerbangan 19 adalah puncak dari misteri yang ada di Segitiga Bermuda. Tapi seperti apa yang dikatakan oleh Lemio dalam videonya? Barangkali keanehannya bukan ada di lautan Segitiga Bermuda, tetapi ada di rincian kejadiannya.

Sebab lima pesawat tersebut ternyata dipiloti oleh empat pilet yang sedang dalam masa latihan. Artinya mereka tidak mengetahui bagaimana menggunakan semua kendali dalam pesawat selama terbang di malam hari atau saat cuaca sedang buruk. Meski dipimpin oleh Letnan Charles Tayler yang berpengalaman, tetapi sebelum keberangkatan salah satu pilot yang sedang dalam masa latihan itulah yang menjadi pemimpin penerbangan, sedangkan Teyler hanya berperan sebagai pengawas setelah berbelok ke utara menuju Pulau Grand Bahama. Teyler pun mengira Bu Pelet yang tengah latihan dan menjadi pemimpin itu mengarahkan pesawat ke arah yang salah. Karena dugaannya itu, kemudian Teler kembali mengambil alih dan memimpin penerbangan. Disinilah data kesalahan pertama. Mengapa bisa demikian? Karena saat laporan pertama di radio terdengar bahwa Teler mengatakan. Kedua Kompasku mati dan aku berusaha mencari Fort loader dan Florida.

Saya berada di atas daratan, tetapi kedua kompas saya tidak berfungsi. Saya yakin berada di Keys, tetapi saya tidak tahu seberapa jauh diba sana dan saya tidak tahu cara menuju Fort Lauder da.

Dalam hal ini singkatnya Tylor tengah melakukan kekeliruan atas posisi yang sebenarnya,

Karena terbukti bahwa Telor salah mengartikan pulau di Bahama dengan pulau di Floridakis. Untuk lebih mendetilkan ini bisa kita lihat bahwa sebelum Taler mengambil alih Penerbangan 19, skuaddrone Penerbangan 19 melakukan perjalanan sesuai jadwalnya dan berada di atas Hands and Chicken Sols di Bahamas kurang dari satu jam sebelumnya.

Tetapi setelah Tylor merasakan bahwa pesawatnya salah jalur itu, ia merasakan bahwa pesawatnya telah menyimpang ratusan mil dari jalurnya dan berakhir di Floridakis. Tampaknya kekeliruan salah mengartikan lokasi itu sulit diterima, terlebih saat kita mengetahui bahwa Tylor adalah pilot berpengalaman.

Tetapi kekeliruan menentukan posisi ini pun bisa kita lacak karena Tyler sebelumnya ditempatkan sebagai instruktur terbang di Markas Udara Angkatan Laut Amerika di Miami, yang mana ia ditempatkan di Key West di Floriday Dukees. Jadi, saat penerbangan 19 dilakukan, ada kemungkinan besar bahwa Tylor pun baru dipindahkan ke fort loader dal dan banyak pengamat mengatakan bukan karena kebiasaan terbang inilah. Teylor mengira beberapa pulau dibahhamas sebagai Kepulauan Keys. Satu lagi yang mendukung kekeliruan ini adalah Tylor. Dalam laporannya, para radio mengidentifikasikan dirinya sebagai MT 28.

Singkatan dari Miyomi Torpedo Bomber dua puluh delapan. Padahal pesawat yang ia pimpin adalah FT 28 X, singkatan dari foto Deda. Disorientasi dalam menentukan lokasi ini jugalah yang kemungkinan menambah kebingungan Taylor dan menyebabkan dirinya tidak mempercayai peralatannya, karena hampir tidak mungkin kedua kompasnya tidak berfungsi secara bersamaan karena dalam keadaan normal, pilot yang hilang di Atlantik seharusnya mengarahkan pesawat mereka ke arah matahari terbenam dan terbang ke arah barat menuju daratan utama.

Tetapi Teler yakin bahwa ia mungkin berada di atas Teluk Meksiko. Berharap untuk menemukan semenajung Florida, ia membuat keputusan yang menentukan untuk mengarahkan penerbangan 19 ke timur laut, jalur yang hanya akan membawa mereka lebih jauh ke laut. Beberapa piletnya tampaknya menyadari bahwa Taylor melakukan kesalahan. Taylor akhirnya dibujuk untuk berbalik dan menuju ke barat, tetapi tidak lama setelah pukul 6 sore. Tayler tampaknya telah membatalkan perintah dan sekali lagi mengubah arah karena masih khawatir bahwa ia mungkin berada di teluk. Sementara itu, cuaca semakin memburuk.

Matahari pun mulai terbenam yang diikuti lautan yang semakin berkecamuk dan membuat ini menjadi semakin petaka adalah jarak pandang pun turut menjadi memburuk. Catatan komunikasi penerbangan 19 pun membeberkan bahwa keadaana yang semakin putus asa transmisi radio penerbangan 19 segera menjadi semakin samar saat pesawat itu berkelok-kelok ke laut. Ketika bahan bakar mulai menipis. Tyler terdengar mempersiapkan anak buahnya untuk kemungkinan pendaratan darurat di lautan.

Beberapa menit kemudian, komunikasi radio terakhir penerbangan sembilan belas digantikan oleh dengungan statis yang menakutkan. Angkatan Laut segera mengerahkan pesawat pencari untuk memburu patroli yang hilang. Sekitar pukul seteah delapan malam, sepasang pesawat terbang PBY M. Marine lepas landas dari pangkalan udara di utara Fed Lauder del.

Namun 20 menit kemudian, salah satu dari mereka tampaknya menyadari  jejak penerbangan 19 dengan tiba-tiba menghilang dari Radar.

Sisa-sisa Mariner dan tiga belas awaknya tidak pernah ditemukan, tetapi secara umum diyakini bahwa pesawat itu meledak tidak lama setelah lepas landas. Hal ini terjadi karena kapal terbang terkena rawan kecelakaan dan bahkan dijuluki tangki gas terbang karena kecenderungannya untuk terbakar. Kecurigaan bahwa pesawat itu mungkin terbakar hampir dipastikan oleh sebuah kapal dagang yang lewat, yang melihat bola api dan menemukan bukti adanya tumpahan minyak di lautan. Keesokan harinya, angkatan laut mengarahkan lebih dari 300 kapal dan pesawat untuk mencari penerbangan sembilan belas dan para awaknya yang hilang. Tim mencari menghabiskan waktu 5 hari, menyisir wilayah seluas lebih dari tiga ratus koma nol mil persegi, tetapi tidak berhasil.

Tidak ada bangkai atau sisa-sisa pesawat yang ditemukan. Tidak ada juga seorang pun ditemukan keseluruhan 6 pesawat dan dua puluh tujuh awak pesawat tenggelam ke lautan tanpa meninggalkan jejak. David White, letnan angkatan laut saat itu, dalam salah satu wawancaranya, perial Kejadian ini menyatakan bahwa Kami telah mengerahkan ratus sang pesawat untuk mencari dan kami mencari di darat dan air selama berhari-hari, tetapi tidak seorang pun menemukan jasad atau puing-puingnya. Mereka menghilang begitu saja.

Dewan Investigasi Angkatan Laut Amerika pun dalam peristiwa ini juga dibuat bingung. Meskipun berpendapat bahwa Teler mungkin telah salah mengira Bama sebagai fridakis setelah kompasnya tidak berfungsi, mereka tidak dapat menemukan penjelasan yang jelas mengapa penerbangan 19 menjadi begitu bingung. Para anggotanya akhirnya menghubungkan hilangnya pesawat dengan penyebab atau alasan yang tidak diketahui.

Namun selain hal kepindahan dan disorientasi lokasi, diketahui akhirnya bahwa Teylor mempunyai pengalaman hilang. Saat terbang, tayla telah dua kali diselamatkan di Laut Pasifik. Angkatan laut sendiri sudah memahami apa yang sebenarnya terjadi bahkan sebelum kejadian menghilang. Namun insiden itu akhirnya disimpulkan sebagai tidak diketahui penyebabnya karena ibu Thailand yang tidak ingin putranya disaalkan atas apa yang terjadi, bersikeras bahwa jika Angkatan Laut Amerika tidak bisa menemukan bangkai pesawat penerbangan 19, maka mereka tidak bisa menentukan apa yang sebenarnya terjadi.

Pada tahun 1991, sekelompok pemburu harta karun tampaknya akhirnya memecahkan teka-teki itu ketika mereka menemukan kuburan air dari 5 Avengers era Perang Dunia I di dekat For Torderda. Sayangnya, kemudian ditemukan bahwa bangkai-bangkai itu milik kelompok pesawat angkatan laut yang berbeda yang nomor serinya tidak cocok. Banyak yang meyakini bangkai pesawat 19 dan pesawat penyelamatnya yang bernasib buruk itu mungkin masih mengintai di suatu tempat di segitiga Bermuda. Tetapi, meski pencarian terus berlanjut hingga hari ini, tidak ada tanda-tanda pasti. Dari 6 pesawat atau dua puluh tujuh awaknya yang pernah ditemukan.

Ledakan Penghilang

Pada tahun 1917, Amerika mulai ikut terlibat dalam Perang Dunia Pertama. Saat itu Amerika membutuhkan kapal yang besar dan kuat untuk mengangkut pasukan dan batubara untuk bahan bakar kapal-kapal lain di seluruh dunia.

Untuk memenuhi kebutuhannya ini, pemerintah Amerika membuat Cyclops sebagai aset utamanya. Kapal Cyclops telah berlayar dengan sukses sejak tahun 1910, berlayar antara Laut Baltik. Karibia, dan Meksiko, serta membantu mengangkut batu bara ke seluruh dunia dan membantu para pengungsi. Cyclops memiliki panjang hampir 550 kaki dengan awak sebanyak 306 orang dan mampu menampung lebih dari 11 ton sekali perjalanannya. Karena dibutuhkan dalam perang dan sudah difungsikan menjadi aset utama Angkatan Laut Amerika. Pada bulan Maret tahun 1918, kapal Cclubs diberi mutan baru bertonton biji materi padat yang digunakan dalam pembuatan baja kapal.

Tersebut meninggalkan Brazil dengan membawa logam raput tersebut lalu berlayar ke Barbados untuk memasok kembali perbekalan untuk perjalanan panjang pulang ke Baltior. Namun, dalam perjalanan 9 hari itu terjadi sesuatu yang tidak beres dan tidak seorang pun dari kapal tersebut terlihat atau terdengar lagi menghilang bahkan tanpa pemberitahuan SOS. Pesan terakhir yang diketahui dari kapal tersebut hanya berbunyi Cuaca baik, semua baik. Dalam sebuah fitur yang diterbitkan beberapa tahun setelah hilangnya kapal, majalah Santafe menggambarkan keanehan hilangnya kapal tersebut dengan laporan. “Biasanya ember kayu atau pelampung gabus yang diidentifikasi sebagai milik kapal yang hilang ditemukan setelah kecelakaan, tetapi tidak demikian dengan Cyclops.”

Kapal itu menghilang begitu saja, seolah-olah ada monster laut raksasa yang menangkapnya termasuk manusia, dan melemparnya ke kedalaman lautan, dan kehancuran yang tiba-tiba itu diperkuat oleh tidak adanya panggilan nirkabel untuk meminta bantuan yang diterima oleh kapal manapun. Di sepanjang rute selama beberapa dekade telah muncul banyak teori yang terkadang sensasional tentang hilangnya kapal Cyclops. Saat itu orang-orang bertanya-tanya apakah kapal dan awaknya telah menjadi korban kapal selam atau kapal penyerang Jerman. Perang baru berlangsung setahun dan Ccles akan menjadi target yang strategis.

Namun, tidak ada yang dapat membuktikan hal tersebut dan seiring berjalannya waktu, semakin kecil kemungkinan kapal-kapal Jerman berada di area tersebut. Yang lain menuding kaptennya yaitu George Warley. Beberapa bulan sebelumnya, beberapa anggota kru mengklaim Warley, seorang pemabuk, tidak cocok untuk mengemudikan kapal, bahkan ada laporan tentang pemberontakan kecil yang terjadi di atas kapal. Angkatan laut membela Warly atas tuduhan ini dan ia kembali ke komandonya tanpa banyak keributan. Angkatan Laut Amerika mengatakan dalam pernyataan resminya tentang Cyclop. Hilangnya kapal ini telah menjadi salah satu misteri yang paling membingungkan dalam sejarah angkatan laut. Semua upaya untuk menemukannya terbukti tidak berhasil. Namun beberapa orang masih berpegang teguh pada penyelidikan, terutama mereka yang memiliki hubungan pribadi dengan kapal tersebut.

Mervin Barrash, adalah keturunan salah satu petugas pemadam kebakaran di atas kapal itu. Baras telah menghabiskan lebih dari satu dekade untuk meneliti sejarahnya, dengan susah payah mengumpulkan catatan angkatan laut, catatan kapal, dan barang-barang sepele apapun yang mungkin berguna, termasuk sekantong biji material besi yang menghitam Baras. Dalam wawancaranya dengan Balti Merson menyatakan bahwa” seluruh keberadaan kapal tersebut telah ditutup-tutupi. Kapal itu tidak seperti hilang dalam pertempuran hebat. Kapal itu seperti menghilang begitu saja dari muka bumi.” Namun, dalam hal ini. Baras memiliki hipotesisnya sendiri tentang.

Apa yang terjadi pada kapal raksasa tersebut mulai dari kerusakan mesin awak kapal yang tidak terbiasa dengan muatan baru, serta gelombang besar yang menggulung kapal dan penumpangnya ke laut untuk selamanya. Semua itu, menurut Baras, berkaitan dengan Cyclubs yang mungkin melintas di atas palung purter Rico, bagian terdalam Atlantik yang berdekatan dengan segitiga bermuda.

Meskipun kesempatannya kecil, namun Baras berharap kapal itu bisa ditemukan mengingat teknologi eksplorasi bawah laut kini semakin baik. Beberapa tahun terakhir, bangkai-bangkai kapal berhasil ditemukan. Berkat teknologi tersebut, mungkin CY Clubs bisa jadi yang selanjutnya. Dalam wawancara yang sama dengan Balti Merson. Baras mengharapkan Bu CY clubs dapat ditemukan. Baras ingin 306 korban beristirahat dengan tenang, juga agar keluarga mereka bisa lega. Semua orang pasti membutuhkan kepastian.

Tak Terjelaskan Sampai Sekarang

Pada tanggal 17 Januari tahun 1949, pesawat bernama Stor Ariel berangkat dari Bermuda menuju Kingston. Jamaica 1 jam setelah keberangkatan, pilot mengadakan transmisi rutin dengan tanpa menunjukkan adanya tanda-tanda bahaya. Namun anehnya, setelah itu pesawatnya tidak pernah terlihat dan terdengar lagi.

Tidak ada tanda-tanda jatuhnya pesawat dan tidak adanya panggilan bantuan. Terlebih selama penerbangan cuacanya sangat baik. Pilot serta awak pesawatnya pun sangat berpengalaman dan sebelumnya sudah menerbangi rute ini berkali-kali dan pesawatnya pun dalam keadaan sangat baik sebelum penerbangan tiba. Investigasi yang ada tidak dapat memastikan penyebab hilangnya pesawat karena kurangnya bukti.

Namun, yang membuat hal ini semakin misterius adalah pesawat kembarannya yang bernama Star Tiger menghilang dengan kondisi yang sama setahun sebelumnya. Pada tanggal 30 puluh Januari tahun 1948. Star Tiger menghilang saat menuju bermudah dari Timur. Pilot dan awak pesawatnya sangat berpengalaman, namun cuacanya tidak cocok untuk terbang karena disertai dengan angin kencang dan hujan lebat. Karena hembusan angin yang sangat kencang itu membuat pesawat Star Tiger keluar jalur satu jam sebelum transmisi terakhir mereka sampai. Star Tiger pun kemudian tidak pernah terlihat dan terdengar lagi,

Investigasi pasca kejadian tersebut menyimpulkan bahwa sebagai penutup laporan ini, ini adalah invegasi paling membingungkan yang pernah diselidiki. Apa yang terjadi pada kasus ini mungkin tidak akan pernah diketahui, dan nasib Star Tiger akan tetap menjadi misteri yang tidak terpecahkan. Namun, meskipun dalam kesimpulan investigasinya itu memiliki sedikit informasi, tetapi penjelasan ilmiah masih ada untuk melacak permasalahan yang ada. Laporan kecelakaan Star Tiger menyingkap bahwa pesawat tersebut ternyata kurang dalam hal perawatan dan ada kecacatan-kecacatan yang ada. Itu tidak diatasi sebelum penerbangannya.

Investigasi pasca kejadian ini pun akhirnya menemukan bahwa pesawat jenis Star Tiger memiliki pemanas di dalam kabin yang rawan mengalami kerusakan dan karena rancangan yang buruk, ada kemungkinan pemanas ini menyebabkan kebakaran dan ledakan. Dua pilot yang berpengalaman dengan pesawat jenis ini percaya bahwa hal ini sangat mungkin terjadi. Salah satu dari pilot tersebut menyatakan bahwa teori saya adalah uap hidrolik keluar karena adanya kebocoran. Kebocoran tersebut masuk ke dalam pemanas yang panas, kemudian menyebabkan ledakan.

Tak Ada Penjelasan Tak Ada Pembuktian

Marryzelles adalah salah satu kisah bangkai kapal yang paling misterius. Banyak orang menghubungkan kisah ini dengan segitiga Bermuda kapal Ini ditemukan terapung di beberapa titik Samudera Atlantik. Mariy Cales pertama kali ditemukan pada 4 Desember 1972 oleh kapal Inggris bernama Deigratia dengan kondisi tanpa awak. Diketahui, sekoci atau per kecil di kapal tersebut hilang dan meninggalkan sebuah pedang digeledak kapal. Tidak ada jejak orang di kapal tersebut, sedangkan sekoci yang hilang juga tidak pernah ditemukan. Pada tanggal 22 Desember 1967. Captain Deburak bersama temannya. Patrick Morgan pergi menggunakan kapal pesir mewah setinggi 7 meter untuk menikmati pemandangan gemerlap lampu Natal Miami. Setelah menjauh 1 mil dari garis pantai, penjaga pantai mendapat panggilan dari Captain Bura yang mengaku bahwa kapalnya telah menabrak sesuatu. Akan tetapi, ia mengaku tidak mengalami kerusakan yang parah.

Kemudian penjaga pantai memutuskan untuk berangkat memeriksa kapal Kapten Burak yang hanya memerlukan waktu 19 menit dari pantai. Akan tetapi, sesampainya di lokasi, penjaga pantai tidak menemukan sama sekali kapal dan tidak menemukan tanda-tanda kapal karang atau tenggelam. Menariknya, kapal pesir yang digunakan Capton Burak hampir tidak mungkin bisa tenggelam karena banyak alat keselamatan yang ada di kapal seperti jaket, pelampung, sekoci, suar, dan perangkat sinyal.

Dan dalam hal ini tidak ada satupun tanda-tanda Kapten Burak menggunakan. Alat keselamatan tersebut, petugas pantai akhirnya melakukan penyusuran ratusan mil persegi Samudera Atlantik. Namun tidak ada satupun dari kapal yang berhasil ditemukan. Kapalnya dinyatakan hilang dan yang tertinggal hanya misteri di dalamnya, tidak hanya pada masa lalu. Pada tahun 2003, pasangan Frank dan Rominalion hilang saat memancing di Segitiga Bermuda. Mereka mulai berlayar dari Boyton Beach di Florida dan sejak saat itu keberadaannya tidak ditemukan. Pada tahun 2008, sebuah pesawat yang membawa 12 orang lepas landas dari Santiyago dan mengarah ke New York Baru 30 menit terbang, pesawat itu hilang dari radar. Pencarian besar-besaran dikerahkan, namun tidak ada yang ditemukan. Pada tahun 2015, giliran kapal kargo SS Elvaro berlayar dari Florida dan mengarah ke Puertorico. Ada 33 awak kapal di dalamnya, dalam perjalanan mereka dihadang badai.

Aliran komunikasi dari baterai itu kemudian putus setelah pencaraian yang dilakukan secara luas. Bangkai kapal ditemukan di Atlantik, tapi tidak ada satupun awak yang terlihat.

Kepadatan Yang Biasa

Hal yang membuat Segitiga Bermuda menjadi begitu angker adalah bagaimana banyak sekali kisah kapal laut dan pesawat terbang yang melintas di atasnya mendadak hilang. Salah satu teori yang muncul dan diduga sebagai penyebab kasus hilang itu adalah bahwa Segitiga Bermuda merupakan lidah samudra. Setelah banyak teori Misti dan mitos belaka mengenai Segitiga Bermuda, ada salah satu yang dianggap cukup masuk akal. Teori itu adalah Segitiga Bermuda merupakan penghasil gas metana terbesar di dunia. Sederhananya, metana adalah sebuah se nyawa yang begitu kuat dan tentunya berbahaya. Bahkan, bahaya metana dianggap beberapa ilmuwan lebih berbahaya daripada karbon dioksida.

Gas metana dapat menyebabkan air menjadi kurang padat dibanding kapal, suatu hal yang kemudian menyebabkan kapal tenggelam. Penelitian ini dianggap masuk akal karena laut merupakan penghasil metana paling besar di alam, selain di lapisan es atau tanah. Bahkan pada 1981, sebuah uji coba seolah membenarkan jika Segitiga Bermuda memiliki kandungan metana dalam jumlah besar yang bisa.

Menjadi biang keladi mengapa banyak pesawat dan kapal laut hilang di sana. Selama bertahun-tahun, para peneliti sebenarnya telah berusaha menunjukkan bahwa ada penjelasan masuk akal atas kasus-kasus tersebut. Mereka juga mengatakan bahwa resiko bahaya melakukan perjalanan melalui segi tega Bermuda sama saja dengan melakukan perjalanan di daerah lautan lain. Namun begitu, ada sekelompok peneliti asal Inggris yang mengeluarkan teori baru atas penyebab menghilangnya banyak kapal di Segitiga Bermuda. Para peneliti tersebut berhipotesis, bahwa ombak liar tinggi bisa menyebabkan kapal terbalik. Simon Boxsal, ahli kelautan dari University of Southhampton yang juga termasuk dalam kelompok peneliti, dalam salah satu wawancaranya dengan Life Science, menyatakan bahwa “tidak diragukan lagi bahwa area ini sering terjadi ombak liar.”

Menurut penjelasan Badan Cuaca Amerika Serikat atau Nati Oceanic and Atmosferic Administration, ombak liar mirip dengan dinding air yang curam dan tinggi. Sebagai contohnya adalah daerah di ujung selatan Afrika. Boxsal mengatakan, di sana berkumpul berbagai gelombang akibat badai dari selatan Samudera Atlantik dan Samudera Hindia. Hal yang sama juga terjadi di Segitiga Bermuda di daerah tersebut badai bisa datang dari segala arah, mulai dari Meksiko. Eguator, dan sebelah timur Samudera Atlantik.

Dijelaskan bahwa jika gelombang liar di sana bisa mencapai ketinggian 10 meter dan bahkan terkadang bisa mencapai ketinggian 30 meter. Para insinyur dari University of Southampton ini juga telah membuat sebuah simulasi ombak liar dengan menggunakan tangki air dan model kapal kecil. Mereka menemukan bahwa kapal bisa tenggelam jika terkena ombak tersebut. Selain itu, mereka juga menemukan bahwa semakin besar kapalnya, maka semakin sulit bagi kapal untuk tetap mengapung di atas lautan. Teori lain yang sempat berkembang juga adalah adanya ledakan. Boxsal justru berpendapat bahwa penyebab umum terjadinya kasus hilang di Segitiria Bermuda adalah akibat kesalahan manusia. Seringkali saat sedang bekerja di laut kami bertemu dengan orang-orang yang melakukan navigasi dengan bantuan peta jalan biasa. Ada juga orang yang menggunakan ponsel sebagai cara berkomunikasi. Boxsal mengatakan bahwa peralatan-peralatan itu masih sangat kurang untuk perjalanan laut, begitu mencapai jarak empat puluh delapan kimter dari pantai Anda akan kehilangan sinyal selain.

Adanya gelombang liar, NOAA juga menjelaskan bahwa area segitiga bermudah sering mengalami kecelakaan akibat adanya arus teluk. Arus laut yang kuat dan cepat yang bisa menyebabkan terjadinya perubahan cuaca. Ombak liar bisa terjadi di banyak tempat berbeda. Gelembung metana juga demikian, dan jika ada banyak orang amatir yang tidak memiliki banyak pengalaman, kita juga akan mendapatkan banyak kejadian menghilang yang misterius. Banyak peneliti yang percaya bahwa di bawah lautan Bermuda terdapat palung raksasa yang tampak menyerupai jurang besar sehingga membahayakan apa saja yang melintas di atasnya, terutama kapal laut karena rawan tenggelam.

Meskipun begitu, teori ini masih dipertanyakan karena sampai saat ini belum ada yang bersedia menyelam ke bawah Segitiga Bermuda dan kembali dengan selamat. Pada tahun 2013. World What Life Fund WW melakukan studi mendalam tentang jalur pelayaran maritim dan menetapkan bahwa Segitiga Bermuda bukan salah satu dari 10 badan air paling berbahaya di dunia. Untuk pengiriman. Segitiga Bermuda menopang lalu lintas harian yang padat, baik melalui laut maupun udara.

Namun terlepas dari histeria tersebut, organisasi pemerintah dan perusahaan pelayaran tidak menunjukkan segitiga tersebut pada peta resmi manapun dan kelompok-kelompok mulai dari Penjaga Pantai Amerika hingga perusahaan asuransi global Lights of London menyatakan bahwa wilayah tersebut tidak memiliki tingkat bencana maritim yang luar biasa tinggi. Program dokumenter The Bermuda Triangled Dioca Channel for pada tahun 1992 juga mewancarai Lights of London, pihak asuransi pelayanan yang bermarkas di London, mereka mengatakan “jumlah kapal yang tenggelam di Segitiga Bermuda tidak beda dengan di lokasi lain, sama banyaknya.” Berbeda dengan anggapan banyak orang. Lets of London mengatakan tidak ada harga asuransi khusus yang lebih mahal yang diterapkan pada kapal-kapal yang berlayar di Segitiga Bermuda. Penjaga Pantai Amerika atau Uniti Cot S Guard juga tak menganggap Segitiga Bermuda sebagai ancaman pada kapal NOAA, badan ilmiah di bawah Departemen Perdagangan Amerika juga menyatakan hal senada. Tidak ada bukti bahwa kehilangan misterius di Segitiga Bermuda terjadi dengan frekuensi yang lebih besar dibanding wilayah laut lainnya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama