Dalam setiap keluarga ada harapan besar bahwa pencapaian dan nilai-nilai yang telah dibangun itu akan diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dan salah satunya itu adalah kekayaan, kekaya dan warisan Itu menjadi suatu hal yang penuh dengan kebanggaan dan di diberikan banyak orang dalam kehidupan mereka. Karena manfaat dari kekayaan ini jelas banget ya supaya jadi pondasi kesejahteraan bagi generasi berikutnya atau dengan kata lain supaya bisa diwarisin dan dinikmatin sama anak cucu mereka.
Tapi ni ya kalau kita lihat
realitanya beberapa keluarga mengalami tantangan dimana kekayaan yang selama
ini udah susah payah dikumpulin abis gitu aja ketika mencapai generasi ketiga,
sampai-sampai ada pepatah Cina yang bilang “kekayaan itu tidak akan bertahan
sampai generasi ketiga.” Dan hal ini juga dipercaya lho sama banyak negara di
dunia dan juga dianggap sebagai kutukan generasi ketiga.
Bahkan ya pepatah ini ternyata
bukan cuma sekedar omong kosong karena ada penelitian yang dilakukan Roy
Williams dan Fix Preser dari tahun 1980 sampai tahun 2000 terhadap 3200
keluarga yang punya kekayaan di atas 3 juta dollar dan penelitian selama 20
tahun ini nyimpulin kalau 95% kekayaan keluarga itu tuh akan terhenti setelah
generasi ketiga yang artinya cuma 5% doang yang berhasil mempertahankan
kekayaan sampai generasi berikutnya. Tapi nih ya kalau kita ngomongin tentang
keluarga kaya kehilangan kekayaannya dalam generasi ketiga. Ada satu contoh
yang menarik banget buat gue ceritain, yaitu kisah keluarga Vanderbilt di
Amerika Serikat.
Cornelius Vanderbilt ini adalah seorang
wirausaha Amerika Serikat yang membangun kekayaannya lewat bisnis perkapalan
dan kereta api. Dan dia pun pernah menjadi orang terkait di Amerika. Karena
pada kematian yang di tahun 1877. Cornelius ini ninggalin warisan sekitar 100
juta dollar yang ini di turunkan kepada anaknya yaitu William Henry Vanderbilt.
Sebagai generasi kedua. William ini berhasil mempertahankan kekayaan ayahnya
bahkan menggandakan kekayaan Warson tersebut sampai kekayanya sekitar 200 juta
dollar. Nah, tapi pas kekayaan dipindah ke generasi ketiga atau pindah ke
cucunya Cornelius tadi, sebagian besar kekayaannya itu tuh hilang dari 200
dollar menjadi 1,5 juta US.
Makanya nih ya dari contoh di
atas, fenomena ini menurut gue jadi memicu banyak banget pertanyaan sebenarnya
apa sih yang terjadi sama generasi ketiga ini? Kenapa mereka tuh sering banget
gitu gagal mempertahankan kekayaan yang udah susah payah dikumpulin sama
generasi sebelumnya. Kali ini kita mau bahas hal dan faktor apa aja sih yang
bisa membuat banyak kekayaan tuh abis di generasi ketiga.
BAB 1 | Mentalitas dan Mindset
Mentalitas dan mindset berbeda
dari ketiga generasi ini menjadi faktur utama dalam fenomena hilangnya kekayaan
keluarga. Dan gue akan mulai dari generasi pertama dulu.
Generasi pertama ini adalah
generasi menciptakan kekayaan dan membangun kekayaannya dari nol. Pas mereka
merintis, mereka tuh pasti banyak banget ngadapin tantangan atau bahasa lainnya
mereka ngerasain banget lah. Gimana jatuh bangunnya, tapi mereka tuh ngelewatin
itu semua dengan kerja keras, bidikasi dan pengorbanan. Makanya mereka berhasil
punya pondasi keuangan yang kuat. Mentalitas mereka tuh terbentuk karena mereka
harus bertahan hidup di tengah banyaknya kesulitan. Makanya ga heran kalau
mereka itu ngerti banget tentang arti nilai uang dan paham pentingnya menabung
dan ngelaku investasi dengan bijak. Ya kasarnya mereka udah terlatih la orang
mereka itu mulai dari noll.
Nah di generasi kedua mereka
tumbuh dibawa pengaruh langsung generasi pertama yang mana mereka itu mewarisi
kekayaan sekaligus punya mentalitas yang membangun kekayaan tersebut. Mereka
ngeliat secara langsung perjuangan yang orang tua mereka lakuin dan mereka juga
paham gitu nilai dari setiap uang yang dihasilkan. Ya, walaupun mungkin mereka
hidup di kondisi yang lebih nyaman, tapi mereka tetap punya keinginan untuk
mempertahankan dan mengembangkan kekayaan keluarga tersebut. Hal itu tertanam
kuat dalam mindset mereka karena orang tua mereka tuh selalu ngajarin
pentingnya pengelolaan uang, investasi dan hidup sederhana.
Nah sedangkan generasi ketiga
generasi itu cenderung tumbuh di lingkungan yang bisa dibilang jauh lebih
nyaman dan lebih stabil secara finansial. Mereka tidak ngalamin langsung yang
namanya kesulitan dan ngerasain perjuangan yang sebelumnya itu dihadapin sama
generasi pertama dan kedua. Dan akibatnya mereka nggak sepenuhnya paham gimana
usaha yang diperlukan untuk menghasilkan kekayaan tersebut.
Terusnya hal yang buat kekayaan
habis di generasi ketiga ini juga banyak yang pertama tuh, mulai dari kurangnya
literasi keuangan. Kalau gue lihat sih ya banyak dari generasi ketiga ini yang
ga dapat pendidikan keuangan yang memadai. Contohnya kayak ga di ajarin gimana
caranya nabung, mengelola uang yang tepat dan gimana caranya investasi uang
dengan bijak? Ya jadinya mereka nggak siap ketika ada tantangan finansial, dan
biasanya tuh cenderung membuat keputusan yang buruk.
Hal yang kedua yaitu gaya hidup
mewah dan pemborosan karena generasi ketiga ini udah terbiasa hidup nyaman
secara finansial mereka mungkin terbiasa buat boros dan beli barang-barang
mewah tanpa mikir gitu. Gimana konsekuensinya dalam jangka panjang terhadap
kekayaan yang mereka punya.
Hal ketiga adalah kurangnya
disiplin dan jawab sama keuangan yang dimiliki. Karena generasi ketiga ini cederung
ga punya pengalaman langsung pas menghadapi kesulitan kayak dialamin generasi
satu dan dua. Jadinya mereka mungkin ga punya dorongan yang sama untuk
mempertahankan atau mengembangkan kekayaan seperti generasi sebelumnya.
Jadi karena mereka itu terbiasa
hidup nyaman, hidup enak, jadi mereka tuh mentalitas enggak terbentuk. Dan yang
keempat adalah faktor ekonomi yang beda diantara tiga generasi tersebut. Ya
bayangin aja model bisnis yang dijalanin sama kake lu atau bapak lu dulu ya
mungkin tentu masih relevan di zaman modern saat ini. Kayak misalnya nih dulu
misalnya orang tuanya itu pebise media lah gitu, punya media di TV atau apa, Sedangkan
sekarang itu kan media ini udah bergeser gitu ke media digital. Kayak di sosial
media itu kan udah gak relefan gitu jadinya. Walaupun mungkin masih sama cara
kerjanya, tapi ada perbedaan-perbedaan lainnya dan disisi lain. Kalau gue liat
sekarang itu udah banyak banget cara hasilin uang yang mungkin di jam dulu tuh
ga pernah dipikirin. Apalagi lo udah bisa mencari uang dengan bermodalkan
internet doang. Kayak content kreator lu kerja jadi editor, programmer dan
karir yang lainnya.
Ya wajar aja sih kenapa kekayaan
itu enggak bisa bertahan di generasi ketiga karena mereka mungkin lebih milih
kebebasan karir yang mereka mau dibandingin. Harus nerusin bisnis yang udah
dijalanin turun-temurun sama generasi sebelumnya.
BAB 2 | Dinamika Keluarga
Faktor lain yang juga membuat
hilangi kekayaan di generasi ketiga adalah dinamika keluarga yang semakin
kompleks.
Penjelasan simplenya gini, seiring
bertambahnya generasi, jumlah anggota keluarga yang mewarsi kekayaan yang
tersebutkan makin bertambah ya, dan masing-masing anggota keluarga ini punya
cara pikir dan perspektif yang berbeda mengenai pengelolaan kekayaan. Nah,
perbedaan-perbedaan inilah yang sering memicu kurangi komunikasi dan
perencanaan yang baik. Dan akhirnya ya udah bisa di tebak ya, kekayaan ini
perlahan akan menyusut karena ya cara pikir kita tuh berbeda-beda gitu tiap
anaknya, sedangkan kita nggak bisa mengontrol semuanya.
Dan terus nih di generasi pertama
dan generasi kedua, pewaris ekayaan ini bisa dibilang masih sedikit lah ya,
karena hubungannya itu masih antara orang tua dan anak. Tapi pas sampai generasi
ketiga jumlah pewaris biasanya bertambah signifikan banget dan mau ga mau
masing-masing anggota keluarga itu berhak dapat bagian dari kekayaan tersebut.
Dan pas pembagian warisan, biasanya sih ada konflik antara keluarga. Ternyata
biasanya kalo udah bicarain harta orang tuh bisa sampai berantem dan ga mandang
yang namanya saudara sama keluarga. Dan walaupun mungkin udah tertulis
pembagiannya.
Tapi ada aja yang kadang ga
setuju dan serakah pengen ambil lebih dari bagiannya dan juga nih ya. Setiap
anggota keluarga tentu punya perspektif yang beda-beda terhadap uang. Nah, hal
ini jadi penyebab kurangnya komunikasi yang efektif diantara anggota keluarga. Tanpa komunikasi yang baik, susah banget buat
mencapai kesepakatan tentang bagaimana kekayaan harus dikelola dan dibagiin
secara adil ke semua keluarga. Contohnya gini, anggota keluarga dari saudarada
lu mungkin pengen jual aset dari generasi pertama kayak emas, tanah dan
bangunan buat dapetin uang tunai. Sementara keluarga lu dan keluarga yang lain
mungkin pengen mempertahankan aset tersebut untuk jangka panjang. Nah, akhir
ketidaksepakatan kayak gini nih yang bisa menyebabkan konflik internal dan
akhirnya jadi nggak bisa ngambil keputusan secara optimal.
Hal ini ngingetin gue sama salah
satu perusahaan jamu yang udah melegenda banget di Indonesia, yang mana
perusahaan itu dimiliki seseorang yang bernama Law Ping Nio ya kalau salah
pengajaannya mohon koreksi lah ya atau lebih dikenal masyarakat dengan sebutan
Nyonya Menir.
Kalau gue lihat sih ya
produk-produk nyonya mana ini udah nggak diraguin lagi ya, bahkan mereka tuh
bisa sampai ekspansi keluar luar negeri. Sampai-sampai perusahaan ini bisa
berdiri 98 tahun. Nah, tapi anehnya perusahaan ini jadi pailit di tahun 2017
dan punya utang sampai 89 milliar. Dan hal menariknya, perusahaan ini
dinyatakan bangkrut karena ada konflik internal keluarga dan berakhir di generasi
ketiga. Itulah kenapa kita butuh banget strategi manajemen konflik dan
komunikasi yang baik antara keluarga, supaya kita bisa menjaga dan
mengembangkan kekayaan sampai lintas generasi.
Penutup
Kita bisa lihat bahwa ada banyak
banget faktor-faktor yang mempengaruhi hilangnya kekayaan di generasi ketiga.
Mulai dari perubahan mentalitas dan mindset dari generasi ke generasi, tren
ekonomi mungkin udah relevan, ditambah lagi dengan dinamika ke keluarga yang
beragam banget cara pikirnya, yang mana ini tuh membuat kekayaan ini sulit
banget buat dipertahanin sampai generasi ketiga. Maka dari itu, supaya kekayaan
ini bisa terjaga sampai generasi berikutnya, penting banget bagi setiap
keluarga itu untuk fokus ngasi pendidikan tentang cara mengelola uang dengan
baik, kayak nabung, diajarin investasi, dan juga hidup lebih sederhana.
Selain itu juga keluarga juga
menerapkan nilai dan budaya kekeluargaan gimana strategi manajemen konflik dan
juga pentingnya komunikasi. Karena ya apapun itu ujung-ujungnya pasti harus
komunikasi. Kalau komunikasinya aja buruk ya hasilnya juga akan buruk gitu.
Dan selain itu juga ini jadi
pelajaran buat generasi kita supaya enggak cuma warisin hartanya doang tapi
juga harus warisin karakter yang baik. Karena menurut gue kemiskinan akuat itu
sebenarnya bukan cuma miskin harta tapi juga miskin bud bekerti dan juga akal
sehat.
Dan juga nih ya dengan pendekatan
yang tepat kekayaan keluarga ini bukan cuma bisa dipertahankan doang, tapi juga
bisa dikembangkan. Dan jelas ini bakal memberikan manfaat yang berkelanjutan
bagi generasi-generasi berikutnya. Jadi bukan cuma nikmatin kekanya aja, tapi
juga mastiin kalau warisan yang di bangun sebaya sama generasi pertama ini tuh
tetap utuh sampai generasi berikutnya.