BATA Tutup Pabrik

 

Produsen sepatu yang sudah berdiri selama 125 tahun akhirnya merugi besar di Indonesia hingga harus menutup pabrik produksinya di Purwakarta Jawa Barat. Sebanyak 233 orang tenaga kerja terkena pemutusan hubungan kerja atau PHK akibat ditutupnya pabrik sepatu ini. Lantas, apa alasan dibalik tutupnya pabrik sepatu yang sudah berusia 30 tahun ini?


Bata Rugi Rp 525 M Empat Tahun

PT Sepatu Bata Tbk dengan kode emiten BATA mengumumkan penutupan pabriknya yang berada di Purwakarta Jawa Barat. Produsen sepatu ini mengaku berat menjalankan operasional buntut rugi yang membengkak, dimana Direktur BATA Hata Tutuko mengatakan BATA telah melakukan berbagai upaya selama 4 tahun terakhir di tengah kerugian dan juga tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat. Namun sayangnya upaya tersebut belum optimal dan berujung penutupan pabrik. Dalam keterbukaan informasi di BEI. Hatta mengatakan bahwa perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik Purwakarta terus menurun dan kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia.

Namun, Hatta memang tidak merinci berapa kerugian yang diderita oleh perusahaan. Dalam keterangan ini. Hatta hanya mengatakan bahwa kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok local di Indonesia. Nah, perseroan sendiri memang menilai keputusan dari penutupan pabrik ini merupakan hal yang terbaik yang dapat diambil berdasarkan evaluasi menyeluruh dan kesepakatan pihak-pihak terkait dan bertujuan untuk mengefektifkan operasional perseroan itu sendiri.

Perseroan pun berkomitmen untuk memastikan kelancaran transisi bagi seluruh karyawan dan juga mitra yang terkena dampak dari perubahan ini. Dimana Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Purwakarta Jawa Barat menyampaikan ada 233 orang tenaga kerja yang terkena pemutusan hubungan kerja atau PHK akibat ditutupnya pabrik tersebut. Nah, selanjutnya mari kita lihat sebenarnya bagaimana sih profil batas lengkapnya yang sering dikira produsen sepatu lokal atau asli Indonesia padahal sebenarnya bukan.

Profil Sepatu BATA

Yang sepatu bata merupakan merek alas kaki legendaris di Indonesia. Saking lamanya berdiri di Tanah air, merek ini pun kerap disangka berasal dari Indonesia, padahal bata atau TNA Bata Shoes company sendiri ini merupakan bagian dari Bata Shoes Organization yang terdaftar di Zlin Republik Ceko. Perusahaan didirikan oleh dua bersaudara, yaitu Thomas Ana dan Antonin Batah pada tahun 1894.

Dimana memang akhirnya masuk ke Indonesia di tahun 1900 an. Dilansir dari lama resmi perusahaan, batas sendiri masuk ke tanah Air begitu sejak lebih spesifiknya zaman Hindia Belanda, yakni di tahun 1931. Dimana pada masa tersebut Batam melakukan kerjasama dengan ENV atau Nethlan sebagai importir sepatu yang beroperasi di Tanjung Priok, 6 tahun kemudian Thomas mendirikan pabrik sepatu di tengah perkebunan karet di area Kalibata yang beralamat di Jalan Kalibata Raya Jakarta Selatan. Kemudian selanjutnya produksi sepatu dimulai pada tahun 1940.

Pada 24 Maret 1982, PT Sepatu Bata Tbk akhirnya terdaftar di Jakarta Stok Exchange. Perusahaan pun melebarkan bisnisnya dengan membangun pabrik sepatu di Purwakarta pada tahun 1994. Dan hingga saat ini, merek batas sendiri di Indonesia benar-benar telah mempunyai perjalanan panjang. Apa yang dahulu sering disebut oleh masyarakat, sepatu sekolah dengan tagline Back to School ini telah melayani berbagai segmen pasar yang berbeda. Hal ini juga termasuk begitu dengan merek-merek saingannya seperti Mery Clare, kemudian Comvit, Power, Bubble Gammers, hingga North Star. Nah. Sepatu Bata sendiri telah mengoperasikan retail, yaitu sebanyak 435 toko.

Di Indonesia yang terdiri dari family mcty Stors dimana masing-masing toko ritel Bata berbeda dari yang lain dalam hal variasi produk. Nah. Bata Indonesia mengoperasikan Hall Sell Department yang melayani ritel dealer independen. Berbekal dari 125 tahun sejarah dalam bisnis sepatu. BATA menawarkan berbagai koleksi sepatu yang melayani semua tingkat kelompok pendapatan dan juga usia. Nah, sebagai salah satu pabrik terbesar di Indonesia. BATA memiliki spesialisasi produk sepatu injeksi untuk konsumsi dalam dan juga luar negeri.

Nah, saat ini manajemen Batas Indonesia sendiri ditempati atau berlokasi di Gedung 6 lantai, yaitu di kantor PT Sepatu Bata Tbk yang berlokasi di Cilandak Jakarta Selatan.

Faktor BATA Tidak Mampu Bersaing

Nah, setelah kita melihat profilnya begitu, kenapa sih bisa perusahaan setua sebesar dan juga sekuat ini akhirnya tak mampu survive? Salah satu penyebabnya adalah tidak mampu bersaing di era digitalisasi.

Yang mengacu pada laporan keuangan per 31 Desember 2023. Bata mencatat rugi tahun berjalan yang diatribusikan ke entitas induk sebesar 190 milyar rupiah. Nilai ini sendiri membengkak 79,65 persen dari 105,92 milyar rupiah di tahun sebelumnya atau di tahun 2022. Nah, seiring dengan penurunan dari angka tersebut, penjualan Netobata pun tercatat 609,61 miliar rupiah pada tahun 2023 atau turun 5,26 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 643,4 milyar rupiah. Tren penurunan laba bata sendiri ini sudah berjalan selama 4 tahun terakhir dimana kalau kita lihat dari tahun 2020.

Yakni dimulainya masa karantina covid-19, dimana kita tahu ya jumlah masyarakat yang belanja lewat toko online ini jumlahnya semakin ekstrim. Nah, BATA sendiri mencatatkan kerugian sebesar 177,76 milyar rupiah. Angka ini turun drastis dari yang sebelumnya mencatatkan laba 23,44 milyar rupiah. Pada tahun 2021 rugi bersihnya membaik menjadi 51,2 milyar rupiah dan membengkak kembali begitu di tahun selanjutnya yakni di tahun 2022 menjadi 105,91 milyar rupiah. Data terakhir yakni di tahun 2023 atau lebih tepatnya laporan keuangan per Desember 2023? karena BATA sendiri sampai saat ini belum menyampaikan laporan keuangan terbarunya di tahun 2024.

Berdasarkan keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia tanggal 30 April 2024. BATA mendapatkan notasi khusus dari BII karena belum menyampaikan laporan keuangan untuk periode kuartal satu 2024.

Ditutupnya produsen sepatu bata kembali menjadi tanda bahwa ekonomi Indonesia memang sedang tidak baik-baik saja. Dan yang kena imbas paling pertama sudah pasti tenaga kerja padat karya yang kena PHK. Warga menunggu pemerintah untuk buka suara dan juga mengintervensi baik untuk kepentingan pengusaha dan juga pekerja.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama