Terlihat di sebuah kota yang
cukup ramai, pagi ini para penduduk desa sedang melakukan berbagai macam
aktivitas seperti biasanya ada yang berdagang, ada yang menuju perjalanan ke
ladang hingga beberapa tengah bersiap untuk membuka toko. Dan ditengah
kesibukan para penduduk desa terlihat salah satu diantara mereka adalah seorang
pemuda yang sedang bersantai di bawah sebuah pohon di taman. Pemuda itu adalah
Tio, pemuda yang pemalas dan miskin. Tidak ada yang kurang dari penampilannya
untuk menjadi seorang pemuda yang rajin, tubuh yang semampai dan tenaga yang
prima seperti pemuda pada umumnya. Tapi entah apa yang menghilangkan
motivasinya untuk bekerja, ia tidak mau bekerja keras tetapi selalu bermimpi
untuk menjadi kaya suatu hari nanti. Bahkan untuk makan pun ia mendapatkannya
dengan meminta belas kasihan para penduduk desa.
Suatu pagi seorang sadagar kaya
tengah bersedekah kepada para penduduk desa yang butuhkan dengan membagikan
masing-masing satu panci susu segar yang ia peroleh dari peternakannya sebagai
bentuk syukur karena susu hasil peternakannya tahun ini sangat melimpah. Tio
yang mendengar kabar ini tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan dan segera
berbaris mengikuti antrian. Tak lama berselang, susu yang diharapkannya pun
kini telah berada ditangannya satu panci susu segar yang kelihatannya sangat
lezat. Ia sangat senang dan segera pulang ke rumah untuk mengolah susu itu.
Setelah menyiapkan tungku dan kayu bakar yang sudah tersedia di rumah, ia pun
merebus susu tersebut.
Terima kasih kepada sang ayah
yang sudah berangkat kerja karena sudah menyediakan semuanya di dapur kecil
ini, termasuk dua potong roti yang tersedia di meja makan hingga beberapa saat
suara gelembung air yang bersahutan telah terdengar menandakan susu yang ia
rebus kini telah matang. Tio mengambil panci berisi susu tersebut, mengambil
sebagian isinya sebagai teman rotinya untuk dia sarapan pagi ini dan menyimpan
sebagian susu itu disamping tempat tidurnya. Namun setelah ia selesai dengan
sarapannya, bukannya membantu sang ayah di ladang, ia malah memilih untuk
tiduran di kamarnya.
Tak lama kemudian ia berkhayal
bahwa jika dia bisa menjadi kaya raya, entah bagaimana semua penderitaannya
akan menghilang. Pikirannya beralih ke panci susu disampingnya. Dia
berandai-andai keesokan paginya susu di dalam panci itu akan mengeras dan
menjadi keju. Kemudian aku akan menjualnya ke pasar dan menghasilkan uang.
Dengan uang itu aku akan membeli seekor ayam betina. Ayam betina itu kemudian
akan bertelur dan menetaskan banyak anak ayam. Kemudian anak-anak ayam itu akan
saya rawat hingga besar hingga kemudian ayam-ayam ini pada gilirannya akan
menghasilkan ratusan butir telur dan saya akan segera memiliki peternakan
unggas sendiri.
Khayalan Tio terus semakin jauh
bagaikan air sungai yang mengalir. Aku kemudian akan menjual semua ayam itu dan
membeli beberapa ekor sapi, lalu membuka sebuah peternakan susu. Semua orang di
kota akan membeli susu dariku. Saya akan menjadi sangat kaya dan segera saya
akan membeli perhiasan. Raja kemudian akan membeli semua perhiasan itu dariku
dan saya akan menjadi semakin kaya sehingga saya dapat menikahi seorang gadis
yang sangat cantik dari keluarga kaya raya. Tak lama kemudian saya akan
memiliki seorang putra yang tampan dan jika dia menjadi anak yang pemalas, aku
akan memberinya pelajaran dan memukulnya dengan tongkat. Bagaimana mungkin dia
menjadi pemalas? Sedangkan ayahnya adalah orang yang berhasil menjadi kaya raya
yang berawal hanya dari sepanci susu.
Khayalan Tio benar-benar sudah
terlalu jauh. Ia sedang bermalas-malasan dan menghayal ingin menghukum seorang
pemalas. Tanpa sadar ia mengambil sebuah tongkat dan mengayunkannya seolah
sedang memukul seorang pemalas hingga tak disengaja, ia memukul panci yang
berisi susu disampingnya hingga tumpah dan barulah ia tersadar kembali dari
ramunannya. Ia terdiam sejenak mencerna kekacauan yang telah ia buat. Ia pun
membersihkan tumpahan susu itu lalu melanjutkan lamun nya. Hingga keesokan
paginya ia memutuskan untuk pergi berjalan-jalan di desa. Ia berharap ada orang
baik hati yang bersedekah. Pagi ini tidak ada yang berubah, kehidupannya tetap
miskin dan memprihatinkan.
Teman-teman kita seringkali tidak
tahu diri, berharap mencapai banyak hal dalam kehidupan ini. Tapi yang kita
lakukan hanyalah berdiam diri dan tidak melakukan apapun. Sebuah kenyataan yang
cukup memalukan. Bagaimana kalau mulai sekarang kita tanamkan sebuah aturan di
dalam benak kita, yaitu tindakan kita harus berbanding lurus dengan harapan
kita. Jika kita ingin sukses, kuncinya adalah kerja keras. Jika kita ingin
berhasil, kuncinya adalah disiplin. Jika kita ingin pertolongan Tuhan, kuncinya
adalah berdoa. Jadi, meskipun kita adalah seorang pemalas, kita tetap bisa
berhasil, yaitu dengan mengubah kebiasaan kita.