UKT Mahal & Lingkungan Rusak

 


Gen Z Di Paksa Jobless

Sepuluh tahun lalu orang-orang galau karena putusin cinta tapi zaman now gen z galau karena sulit banget cari kerja. Udah tebar puluhan CV boro boro tuh interview email dibales aja engga dan kamu pasti relate dengan cerita tersebut. Tahun lalu aja dari 7,8 juta pengangguran di Indonesia, 20,6% itu Gen Z, iya gen Z kayak saya dan gen Z ke temen-temen saya kenapa bisa begitu? simpelnya nih jumlah angkatan kerja itu jauh lebih banyak daripada lapangan kerjanya sendiri. Dan parahnya lagi, di masa depan akan makin banyak Gen Z yang jobless karena kerusakan lingkungan yang masif saat ini.


Kerusakan Lingkungan Kritis Iklim Ketidakadilan

Ternyata banyak yang belum tau bahwa kerusakan lingkungan yang masif kaya sekarang bisa ngebuat hilang lapangan pekerjaan kita di masa depan. Ibu Sri Mulyani sendiri lo yang bilang kalau kita rugi 544 triliun per tahun karena dirusaknya alam sehingga terjadi krisis iklim. Buat kamu yang ga tau seberapa gede Rp 544 triliun per tahun. Bayangin aja nih ya APBN di kita tahun lalu itu 2700 an triliun. Edan!! seperempatnya APBN kita loh ruginya yang bener aja rugi dong.

Ga hanya Ibu Sri Mulyani aja organisasi buruh internasional atau ILO dalam risetnya tahun 2019 juga udah memprediksi bahwa akan ada 136 juta delapan kerja yang hilang di tahun 2030 karena dampak krisis iklim.

Sektor pertanian, industri, dan layanan akan merasakan dampak besar. Selain itu, negara-negara berkembang di Asia dan Afrika juga buruh perempuan, terutama yang bekerja di sektor pekerjaan informal akan merasakan dampak terburuknya.

Balik lagi keresahan utama soal Gen Z yang jobless. Dari serangkaian fakta diatas ternyata generasi  aliansi Gen Z atau generasi yang lahir tahun 2000 an itu diprediksi akan terkena dampak terberat dari krisis iklim. Kok gitu sih! jadi gini, karena krisis iklim suhu bumi itu udah meningkat 1,5 derajat celcius dalam tiga dekade terakhir. Nah, kenaikan suhu ekstrim ini menyebabkan banyak masalah baru. Misalnya kemarau berkepanjangan, petani jadi rugi besar nih karena gagal panen beruntun, terus pembangunan infrastruktur yang terhambat, dan terakhir ada kebakaran hutan, badai banjir, dan bencana hidrometeorologi lainnya.

Naik 1,5 derajat celcius itu tinggi banget loh, sebagai perbandingan nih 2010 an Bandung masih dingin banget sekarang coba deh kamu kesana bukan saya aja, tapi kamu juga akan ngeuh kalau Bandung itu ga sedingin dulu. Contoh yang paling baru nih di negara tetangga kita Thailand baru aja terjadi fenomena hitwave dimana panas disana menyentuh angka 44,2 derajat celcius dan udah menewaskan hingga 30 an orang. Bahkan panas di Thailand tahun ini diprediksi tembus 51 derajat celcius.

Nah lucunya disisi lain Abu Dhabi, negara Kering Na Tandus justru diguyur hujan super lebat hingga menyebabkan banjir di banyak titik. Kendati infrastruktur mereka sudah sangat siap, kerugiannya bahkan ditaksir ratusan juta dolar karena bencana alam ini, Kenapa bencana bencana hidro meteorologi kayak gini bisa terjadi?

1. Merusak Dan Mengeruk Habis Habisan

Tapi intinya karena manusia terlalu sombong, merusak dan mengeruk alam habis-habisan. Kalau kata guru gembul kita seperti sedang melubangi perahu yang sedang kita tumpangi sendiri, bukan begitu baraya.

2. Naiknya Permukaan Air Laut

Dampak lain dari kisi iklim adalah naiknya permukaan air laut. Es di kutub bumi mencair akibat kenaikan suhu bumi sehingga air laut bertambah banyak. Dan ini jadi masalah besar terutama buat negara kepulauan kaya Indonesia 5 kota besar penumpang ekonomi Indonesia ada Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar. Itu semuanya berada di daerah pesisir. Dan kalau air laut terus naik, kota-kota ini bisa hilang dari Google maps. Duh bisa dicari dong.

Otomatis akan terjadi perpindahan produk besar-besaran untuk mencari tempat yang lebih aman infrastruktur penting seperti pelabuhan, jalan raya, dan gedung-gedung juga bakal hilang terendam. Belum lagi sektor pariwisata yang bakal hancur karena keindahan pantai dan laut musnah Green Peace pernah meliput distrik Timbus Lokok, desa yang tenggelam dalam diam. Dalam dua dekade terakhir. Puluhan bahkan ratusan hektar sawah dan pemukiman warga hilang ditelan air laut. Padahal ya, jarak Timbulsloko Kota ke Semarang ke Jawa Tengah cuma sekitar 24 km.

3. Biaya Kesehatan Yang Terus Melambung

Krisis iklim juga berdampak buruk terhadap biaya kesehatan yang makin meninggi. Para ahli menyebut critik klim sebagai salah satu penyebab munculnya penyakit zoonosis. Apa itu? Penyakit zoonosis adalah penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia. Penyebaran penyakit ini disebabkan oleh berpindah pindahnya patogen bakteri, virus, atau parasit akibat perubahan iklim.

Coba kita flashback deh dalam 20 tahun terakhir ada banyak banget penyakit zoonosis yang bikin gempar satu planet bumi misalnya SARS di tahun 2002, flu burung Halime N satu di tahun 2003, flu babi H1 N1 tahun 2009, mers tahun 2019, Ebola di tahun 2016, dan yang terupdate covid-19 di tahun 2019. Mau meninggal ga sih lo? Selain penyakit akibat pepindahan patogen dan virus, krisis iklim juga menyebabkan masalah kesehatan lainnya. Contoh nih, udara Jakarta yang semakin kotor akibat polusi bisa mengikis umur harapan hidup warganya sampai 2,3 tahun.

Bayangin tiap hari warga Jakarta dipaksa menghirup racun PM 2,5, Ini baru dampak dari polusi udara dan penyakit zonasis aja. Masih banyak lagi loh penyakit lainnya dan gangguan kesehatan psikis yang disebabkan oleh krisis iklim.

Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia menyebabkan krisis iklim. Klim ini menimbulkan bencana ekonomi dan bencana ekologi yang pada akhirnya jadi bola salju bagi bencana kemanusiaan. Generasi Z atau Genz termasuk kamu, termasuk saya, justru yang akan merasakan dampak terberatnya. Selain susah dapat kerja, di usia produktifnya nanti, ternyata ruang gerak kita makin terhimpit. Belum lagi ancaman biaya kesehatan yang makin menjerit. Takut, marah, kecewa, sedih, ya itu wajar. Tapi apakah gue dan lo harus diam saat ini? Diamnya kita, cueknya kita sama kesi. Iklim justru jadi investasi yang baik untuk mempercepat kerusakan bumi. Padahal serakahkan generasi saat ini. Tapi yang nanggung beban ternyata generasi setelah ini. “Terus harus gimana dong?“

Isu lingkungan belum menjadi topik yang mainstream di Indonesia saat ini. Nah, untuk itu peran kita perang generasi muda entah itu milenial. Gen Z atau bahkan alpha itu sangat penting agar membuat isu lingkungan jadi isu yang inklusif di akar rumput atau masyarakat luas. Makanya ayo bawel, bawel soal kerusakan lingkungan, bawel soal ketidak adilan sosial, bawel soal krisis iklim bawel itu ga seru cuy kalau kamu sendirian, bawel akan cepat berdampak kalo kita bawel bareng-bareng makanya bawelnya kolektif biar kuping penguasa makin sensitif. Jadi gimana nih? Udah siap bawel berjamaah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama