Micro Content Creator yang Jadi Rebutan Brand

 


Creator ekonomi merujuk pada ekosistem yang terdiri dari konntent creator, influencer, media sosial, blogger, fotografer, dan juga creator independen lainnya. Mereka menghasilkan uang melalui konten digital yang mereka buat di berbagai platform. Nah, yang menarik adalah di Indonesia, creator ekonomi itu menyumbang 1100 triliun ke GDP di tahun 2022 dan diprediksi mencapai lebih dari 5000 triliun di 2030. Kenapa saya ngomongin tentang creator ekonomi? Karena ini hubungannya erat dengan sektor-sektor ekonomi yang lainnya, termasuk retail.

Di Amerika sepertiga bahkan untuk gen Z dan milenial itu lebih dari separuhnya. Ternyata sebelum dia memutuskan untuk membeli sebuah barang, dia akan mencari testimoni dari cotent creator terlebih dahulu. Itulah daya influence dari conten creator itu luar biasa. Bahkan kalau kita bicara konten creator yang udah mega influence, teman-teman mungkin kenal Marques Brownlee. Dia itu kan tech reviewer dan dia pernah di protes oleh brand karena dianggap menjelek-jelekkan sebuah brand sehingga ngebuat brand itu hampir bangkrut bahkan ketika dia sedang sudah mereview sebuah mobil. Dan intinya adalah “ini mobil terburuk yang pernah saya kendarai!”.

Jadi yang namanya influencer itu kan ada nano influencer, ada micro influencer. Baru abis itu ada makro, abis itu ada mega influencer. Ya kalau mikro influencer atau mi creator itu biasanya dia punya followers itu 10.000 sampai 100.000. Nah kalau misalnya nano lebih kecil lagi itu dibawah 10.000. Nah yang menarik itu adalah sekarang brand itu justru lebih suka berpartner dengan micro creator ini micro influencer. Kenapa? Karena faktanya nih. Hasil analiticsnya, mikro influencer atau mikro creator itu engagementnya 7 kali lipat lebih tinggi dibandingkan Mega Influencers.

Bahkan kalau kita bicara convension rate satu riset mengatakan bahwa mikro influencer atau micro creator itu. Bisa menghasilkan 20% peningkatan dari convesion rate dibandingkan yang mega infuencers atau creator gitu.

Pertanyaannya gini. Kok bisa? Seorang mikro creator itu kan punya audience yang lebih niche. Dan biasanya audient yang nice itu dia menyukai seorang mikro creator itu karena si Mikro creator itu fokus pada pada satu skill satu bahasan yang memang dia passion banget disitu. Dan para followers mereka itu juga punya passion yang sama disitu. Nah sehingga ya bayangin aja kalau saya punya kumpulan yang lebih kecil yang passionnya sama suka ngomongin hal yang sama, suka ngulik padahal yang sama, pastikan ikatan kita lebih kuat dong dibandingkan misalnya gue selebriti yang punya masa yang sangat banyak, ngomongin banyak hal yang mana orang-orang yang jadi followers yang sangat banyak itu juga minatnya bisa jadi beda-beda. Maka ikatan saya kepada mereka terkait dengan konten yang saya omongin tidak akan sekuat dengan ikatan, Saya kalau saya micro influencer ngomong pada sekumpulan orang yang lebih sedikit, yang lebih terbatas. Saya lebih nice pada sesuatu. Emang kita sama-sama sukai. Jadi wajar kalau engagement nilainya lebih tinggi.

Dan yang kedua sekarang ini orang itu menyukai ocenticity. Nah maka kalau kita lihat offering yang kita liat iklan aja. Misalnya di TV ada artis ngiklan sesuatu, ya kan dia dibayar gitu, ga ovenity kan gitu. Jadi ini ada pesan sponsor dibaliknya nih ini bukan beneran datang dari hatinya si artis tadi gitu. Tapi kalau micro influences karena dari awalnya dia menyukai ngomongin itu. Dan kebetulan brand yang mensponsori dia juga ada kaitannya dengan passion itu dengan produk yang dia pake pada saat dia ngobrol sama followersnya, ngebahas sesuatu yang memang biasa dibahas sama followersnya, maka itu terasa lebih ohtik kan. Nah, disitulah celah dimana teman-teman semuanya sebagai pebisnis bisa memanfaatkan cotent creator yang mikro tadi dan jumlahnya mikroni jauh lebih banyak dibandingkan yang Mega. Feenya juga jauh lebih murah dibandingkan yang Mega kan? So, penting bagi sebuah brand untuk cari nih mana mikro influencers yang relevan dengan produknya. Anda yang memang mereka udah jadi pengguna produk Anda, produk Anda itu benar-benar melengkapi atau menjadi bagian dari passionnya dia. Nah, kalau kita bisa identifa itu anda kerja sama dengan mereka bukan hanya anda biayanya lebih murah, tapi juga itu lebih efektif dan engagementnya lebih tinggi. Convers ratenya lebih tinggi. Ada riset lagi ya. Sembilan dari sepuluh marketter ternyata berencana untuk bekerjasama dengan mikro influencer di tahun 2021.

So alasannya kenapa saya kok ngomongin micro influencers? Karena nggak semua orang bisa jadi makro influences? Ya nggak sih butuh waktu yang panjang, lama dan mungkin se karakteristik untuk anda bisa jadi macro influencer apalagi mega influencers but everyone al must everyone bisa jadi micro influences. Bahkan sekarang ini teman-teman semuanya jangan-jangan sudah punya follower 10.000 sampai 100.000.?

So Anda sebenarnya sudah iligible untuk disebut sebagai mikro influencer atau mikro content creator. Tapi gini, hanya karena kalian punya follower 10 ribu ke atas ya sampai ke 100 ribu. Bukan berarti otomatis brand mau dong naruh produknya atau kerjasama dengan anda, ya enggak.? Tapi paling Anda punya modalnya. So, apa sih yang ngebuat brand mau kerjasama dengan anda? Anda udah memenuhi syarat nih 10 ribu sampai 100 ribu ya, anda harus punya keunikan tertentu.

Anda harus punya followers yang solid, yang loyal, yang engagementnya tinggi, anda harus punya strategic positioning yang itu bukan hanya kuat tapi relevan dengan brand-brand yang anda memang pengen sasar. Nah, pemahaman tentang hal ini keseriusan untuk ngebangun akun atau channel supaya dia punya valuan tinggi di mata brand Itu jadi kunci ga cuman asal ngeposting.

Saya bicara ini juga bukan cuman untuk para content creator, tapi juga coten marketernya kan? Karena riset dari hobspot mengatakan bahwa 70% conten marketer yaitu orang yang membuat buat konten dalam mereka menjual barangnya atau layanannya, 70% dari mereka percaya bahwa membuat konten adalah strategi yang paling efektif untuk menangkap peluang bisnis.

Dan bisnis yang aktif membuat konten dapat meningkatkan engagement hingga 60%. Dan engagement yang tinggi itu nanti akan berujung pada konversi. Jadi kalau teman-teman misalnya aku nggak pengen jadi conten creator. Tapi aku punya barang punya produk yang aku pengen jual. La, udah saatnya lu mayan konten bukan sebagai content creator, tapi sebagai konten marketter. Oke. Ada satu lagi nih yang juga bisa mefaatkan konten, yaitu public figur atau siapapun la teman-teman semuanya yang pengen punya personal brand di media sosial. Nah, sayangnya hanya 20% dari CEO dan pemilik bisnis yang memahami pentingnya personal branding melalui conten creation. Padahal itu kunci banget kalau kita tahu Barack Obama dulu jadi presiden Amerika Serikat pakai apa? media sosial.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama